Kasus Antraks Terulang Terus, Pemda DIY Akan 'Door to Door' ke Warga

6 Juli 2023 16:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Sugeng Purwanto, di kantornya, Kamis (6/7/2023). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Sugeng Purwanto, di kantornya, Kamis (6/7/2023). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Seorang warga di Dusun Jati, Candirejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, meninggal dunia karena antraks. Sementara itu 87 warga lainnya hasil tes serologinya positif.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Sugeng Purwanto, mengatakan kasus antraks di Gunungkidul kerap terjadi dari tahun ke tahun.
"Ini memang sering ulang tahun antraks ini (berulang, red) kami akan berusaha langkah-langkah persuasif," kata Sugeng di kantornya, Kamis (6/7).
Langkah persuasif yang dimaksud salah satunya mengubah mindset masyarakat untuk tidak mengkonsumsi hewan ternak yang mati. Antraks ini menular dari hewan ke manusia.
"Yang perlu kita tingkatkan karena yang terjadi di masyarakat kita kadang-kadang sudah ada gejala klinis yang enggak baik bahkan sudah kita turun ke lapangan tapi hewannya sering diporak-disembelih-dimakan" katanya.
Sugeng tak menyalahkan masyarakat karena kemungkinan masyarakat terbatas pengetahuannya.
Petugas mengambil sampel tanah di lokasi munculnya antraks di Semanu, Gunungkidul. Foto: Dok. Istimewa
Pada era sekarang sosialisasi bisa dilakukan melalui media elektronik tapi untuk di Gunungkidul hal ini belum tentu efektif. Misal saja, sinyal yang kurang kuat di sana.
ADVERTISEMENT
"Kadang para peternak kan tidak semuanya melek informasi lewat media elektronik," kata.

Door to Door

Maka dari itu, Sugeng akan menggunakan cara lama yaitu menyebarkan selebaran secara door to door. Isinya adalah edukasi kepada masyarakat untuk tak mengkonsumsi hewan ternak yang mati.
"Kita membangkitkan paradigma lama membagikan leaflet," katanya.
"Saya membayangkan nanti melalui kelembagaan masyarakat, Pak Lurah, dukuh, RT, RW. Ini kaitannya sangat penting porak memporak (mengkonsumsi hewan ternak yang mati) terjadi mungkin kesadaran di wilayah tersebut belum tumbuh," katanya.
"Kita tidak menyalahkan masyarakat kita perlu koordinasi lebih intens supaya kejadian seperti ini tidak terjadi kembali," tegasnya.