Kasus COVID-19 China Melonjak 85%, Pemerintah Perketat Pembatasan

11 Agustus 2021 12:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengujian massal COVID-19 di situs pengujian darurat di sebuah stadion di Guangzhou, provinsi Guangdong, China. Foto: cnsphoto via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pengujian massal COVID-19 di situs pengujian darurat di sebuah stadion di Guangzhou, provinsi Guangdong, China. Foto: cnsphoto via REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gelombang kasus baru COVID-19 China memasuki pekan keempat, dan kini situasinya masih belum membaik. Akibatnya, pemerintah mendesak pengetatan pembatasan kegiatan di berbagai wilayah.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, pada Selasa (10/8) tercatat penambahan kasus konfirmasi sebanyak 111 infeksi, dengan rincian transmisi lokal 83 infeksi dan kasus impor 28 infeksi.
Total kasus corona dalam sepekan terakhir kini mencapai 583 infeksi.
Dengan jumlah tersebut, terjadi peningkatan hingga 85,1% jika dibandingkan dengan total kasus pada pekan lalu. Sementara tren peningkatan kasus pada pekan lalu mencapai 87,5%.
Sementara angka kasus tanpa gejala bertambah 30 infeksi, turun 8 kasus dibandingkan hari sebelumnya. China tidak mengkategorikan kasus tanpa gejala sebagai kasus konfirmasi.
Hingga kini, total kasus COVID-19 China mencapai 94.080 infeksi dan 4.636 kematian.
Menurut para ahli, gelombang kasus ini sebagian besar disebabkan oleh varian Delta, strain virus corona yang jauh lebih menular.
ADVERTISEMENT
Sejak pertama kali terdeteksi di Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu, pada 20 Juli lalu, varian Delta kini sudah menyebar di belasan kota di China daratan.
Sejumlah warga melakukan swab COVID-19 di Zhangjiajie, provinsi Hunan, China. Foto: cnsphoto via REUTERS
Dari jumlah kasus baru pada Selasa, 54 di antaranya ditemukan di Kota Yangzhou, Provinsi Jiangsu. Kota ini melampaui jumlah kasus di Kota Nanjing, yang sebelumnya merupakan kota dengan kasus lokal tertinggi sejak Jumat (6/8).
Dengan merebaknya varian Delta ini, Pemerintah Pusat mendesak pemerintah daerah untuk mempertegas upaya dalam mengendalikan virus ini.
Tetapi, Pemerintah China memutuskan untuk tidak melakukan lockdown penuh seperti yang sebelumnya dilakukan pada tahun lalu. Musababnya, mereka menghindari kolapsnya perekonomian negara yang dipicu oleh lockdown.
Sejumlah kompleks perumahan dan distrik berisiko tinggi COVID-19 sudah ditutup sepenuhnya. Kota-kota yang memiliki area berisiko menengah ke tinggi juga menerapkan pembatasan ketat di berbagai fasilitas publik.
ADVERTISEMENT
Ibu Kota Beijing hanya mengizinkan operasional bus jarak jauh dengan rute kota atau provinsi terdekat, yakni Kota Tianjin dan Provinsi Hebei.
Penerbangan di kota-kota yang memiliki kasus konfirmasi COVID-19 masih diperbolehkan untuk berangkat, kecuali dari Kota Nanjing, Yangzhou, dan Zhangjiajie.
Tetapi, Pemerintah melarang adanya penerbangan masuk ke Beijing dari kota-kota tersebut.