Kasus COVID-19 di China Melonjak, Dunia Internasional Mulai Ketar-ketir

21 Desember 2022 12:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Klinik demam yang dibangun di stadium olahraga. Foto: via Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Klinik demam yang dibangun di stadium olahraga. Foto: via Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lonjakan kasus Covid-19 yang melanda China membuat peningkatan sistem kesehatan setempat dilakukan cepat. Sebab, dunia global pun mulai khawatir.
ADVERTISEMENT
Protes masyarakat Beijing yang dikabulkan pemerintah setempat soal penguncian dan pengujian "nol-COVID" yang ketat membuat dunia internasional merasa khawatir atas keputusan ini. Terlebih dengan adanya lonjakan kasus yang saat ini terjadi.
Alasannya, ketika virus melanda negara berpenduduk 1,4 miliar orang yang tidak memiliki kekebalan alami yang telah terlindung begitu lama. Ada kekhawatiran yang berkembang tentang kemungkinan kematian, mutasi virus, dan dampaknya terhadap ekonomi dan perdagangan.
Sejak Selasa (20/12), berbagai kota dari penjuru China berlomba membangun klinik pemeriksaan dan memperbanyak tempat tidur rumah sakit. Ketika pemerintah mengumumkan kematian tambahan lima kematian akibat Covid-19.
Meskipun angka kematian China sangat rendah menurut standar global, hanya 5.242 kasus, ada keraguan bahwa angka tersebut hanya mencerminkan dampak setelah China mencabut pembatasan termasuk sebagian besar pengujian wajib pada Rabu (7/12) lalu.
ADVERTISEMENT
Dalam seminggu terakhir, menurut data WHO kematian di China rata-rata 70-an sampai 80-an orang sehari. Meningkat dua kali lipat dari biasanya.
Dilansir Reuters, Alex Cook, wakil dekan untuk penelitian di Saw Swee Hock School of Public Health Universitas Nasional Singapura mengatakan bahwa gelombang lonjakan yang terjadi di Tiongkok saat ini akan membawa risiko adanya varian baru.
"Setiap gelombang epidemi baru di negara lain membawa risiko varian baru, dan risiko ini semakin tinggi semakin besar wabahnya, dan gelombang saat ini di China akan menjadi besar," ujarnya.
Hal serupa dikatakan oleh juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price. Ia berkomentar bahwa potensi mutasi virus yang saat ini menyebar di Tiongkok merupakan ancaman besar bagi orang-orang di mana pun.
ADVERTISEMENT
Beberapa ahli kesehatan memperkirakan 60% orang di China atau setara dengan 10% populasi dunia, dapat terinfeksi dalam beberapa bulan mendatang. Bahkan bisa memicu lebih dari 2 juta orang dapat meninggal.
Kota-kota di China berupaya untuk memperluas unit perawatan intensif dan membangun klinik demam dan berbagai fasilitas lain untuk mencegah penyebaran penyakit menular di rumah sakit.
Kota-kota besar termasuk Beijing, Shanghai, Chengdu, dan Wenzhou mengumumkan bahwa mereka telah menambahkan ratusan klinik demam dan fasilitas olahraga dalam sepekan terakhir.
Tidak hanya menyerang imunitas rakyat Tiongkok, virus ini juga diketahui menggerogoti ekonomi secara perlahan. Tahun ini, ekonomi Tiongkok diperkirakan tumbuh 3%, angka paling buruk dalam hampir setengah abad.
Kepercayaan bisnis pada Tiongkok juga dikabarkan turun ke level terendah sejak Januari 2013 pada bulan Desember.
ADVERTISEMENT
Penulis: Andin Danaryati