Kasus COVID-19 Terus Meningkat, Inggris Waspadai Subvarian Delta
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dikutip dari AFP, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mengatakan varian AY.4.2, yang pada pekan lalu terlihat dalam 6% kasus, telah "ditunjuk sebagai varian yang sedang diselidiki", namun belum menjadi "variant of concern".
"Penunjukan ini berdasarkan sub-garis keturunan ini menjadi semakin umum di Inggris dalam beberapa bulan terakhir, dan ada sejumlah bukti awal bahwa subvarian ini memiliki tingkat pertumbuhan yang meningkat di Inggris dibandingkan varian Delta ," kata UKHSA, Jumat (22/10).
"Lebih banyak bukti dibutuhkan untuk mengetahui apakah ini dikarenakan perubahan perilaku virus atau karena kondisi epidemiologis," lanjutnya.
UKHA juga mengatakan bahwa varian Delta "sangat dominan" di Inggris, terhitung 99,8% dari semua kasus.
Namun pada 20 Oktober, ada 15.120 kasus dari subvarian AY.4.2, yang pertama kali terdeteksi pada Juli, seiring dengan pelonggaran pembatasan virus corona di seluruh negeri.
ADVERTISEMENT
"Sementara bukti masih muncul, sejauh ini tampaknya varian ini menyebabkan gejala yang lebih berat atau membuat vaksin yang saat ini digunakan menjadi kurang efektif," jelasnya.
Inggris tengah menghadapi tingkat infeksi tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat, dengan lebih dari 50.000 kasus yang tercatat pada Kamis, tertinggi sejak bulan Juli.
Pada Jumat, tercatat ada hampir 50.000 kasus positif baru dan 180 kematian dalam 28 hari setelah tes positif, menjadikan jumlah kasus keseluruhan sejak awal pandemi menjadi 139.326 orang.
Tingkat infeksi yang tinggi di antara anak berusia sekolah disebut mempengaruhi peningkatan angka kasus dan telah mendorong seruan kembali menetapkan sejumlah langkah darurat.
Menteri Kesehatan Sajid Javid mengatakan pada minggu ini bahwa kasus positif dapat mencapai 100.000 per hari, seiring dengan diluncurkannya iklan layanan untuk mendorong suntikan booster dan suntikan flu.
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran meningkat tentang berkurangnya tingkat kekebalan, mengingat Inggris telah memulai kampanye vaksinasi sejak Desember tahun lalu, lebih cepat dari negara-negara lain.
Namun, pemerintah menolak seruan untuk kembali mengenakan masker di ruangan tertutup yang ramai, meski pejabat kesehatan telah mengatakan hal itu dapat membantu mencegah transmisi kontak dekat dan meringankan beban rumah sakit pada musim dingin mendatang.
Kementerian mengatakan tingkat vaksinasi telah membantu memutus hubungan antara rawat inap terhadap kasus COVID-19 yang serius dan kematian.