Kasus 'Dokter di Jambi Tewas Dikejar', Siapa yang Salah?

3 April 2024 19:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi mobil yang dikendarai Dwi Fatimahyen (29), dokter muda yang tewas saat kecelakaan tunggal di jalan lintas, Sekernan, Muaro Jambi. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi mobil yang dikendarai Dwi Fatimahyen (29), dokter muda yang tewas saat kecelakaan tunggal di jalan lintas, Sekernan, Muaro Jambi. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Kecelakaan tunggal yang menewaskan dokter muda bernama Dwi Fatimahyen (29) di jalan lintas, Sekernan, Muaro Jambi, Jumat (29/3) pukul 23.53 WIB, menggegerkan publik. Kecelakaan ini terjadi setelah Dwi dikejar polisi dan lima warga yang menuduhnya maling.
ADVERTISEMENT
Tidak tahu siapa yang harus bertanggung jawab atas kecelakaan ini. Polres Jambi telah menutup kasus tersebut.
Sanjaya (25), warga yang menyimak kasus itu, mengatakan tidak bisa menentukan siapa yang salah dalam peristiwa ini. Namun, baginya warga mungkin terlalu cepat menuduh Dwi.
"Bagi saya, warga yang menyimak kasus ini, sulit menentukan siapa yang salah ya. Warga mungkin terlalu dini menuduh korban maling. Kalau benar si perempuan ngebut, bukan berarti pelaku maling kan?" ujarnya, Rabu (3/4).
Berdasarkan berita yang dibaca Sanjaya, korban kecelakaan itu merupakan orang yang cepat panik. Saking paniknya, peringatan polisi tidak membuat korban menghentikan laju kendaraan.
"Korban tampaknya mudah panik. Sesuai penjelasan dari keluarga. Lalu, pihak kepolisian saat itu berupaya melakukan pengamanan. Apalagi kejar-kejaran berlangsung saat mereka patroli," katanya.
ADVERTISEMENT
Sanjaya berharap lima warga yang mengejar itu tidak bermaksud lain sesuai dengan keterangan polisi. Tidak hanya itu, ia pun berharap kasus seperti ini bisa menjadi pelajaran untuk warga Jambi.
"Semoga ini menjadi pelajaran warga Jambi agar tidak tergesa-gesa menuduh orang. Di sisi lain, warga tidak perlu panik di hadapan polisi jika tidak berbuat salah," ujarnya.

Dwi Gampang Panik

Dwi Fatimahyen. Foto: Dok. Istimewa
Menurut Erwin, sepupu Dwi, sebelum terjadi kecelakaan, Dwi malam itu sempat menelepon orang tuanya. Dwi panik karena terdapat tiga orang asing yang membuntutinya.
Erwin mengatakan Dwi yang melajukan mobil dalam kecepatan tinggi, malah dikejar dengan sepeda motor dan diteriaki maling. Polisi yang mendengar teriakan, turut mengejar Dwi, sehingga membuatnya semakin panik.
“Si korban ini orangnya cepat cemas. Kalau kondisi seperti itu, ia cemas, gugup, dan kagetan. Semakin dikejar oleh warga dan aparat, semakin ngebut dia membawa mobilnya,” kata Erwin.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, Dwi yang kehilangan kendali setelah menghindari pengendara lain, mengalami kecelakaan tunggal.

Polisi Sebut Warga Murni Salah Paham

Kapolres Mauro Jambi AKBP Wahyu Bram (tengah). Foto: kumparan
Kapolres Muaro Jambi AKBP Wahyu Bram mengatakan lima warga yang mengejar Dwi murni salah paham dengan menuduh maling. Tidak bermaksud lain.
"Tidak ada kepentingan lain. Kita maklumi itu naluri manusia untuk bertahan dari kejahatan," katanya.
Ia pun mengatakan lima orang itu tidak bisa dipidana karena tidak langsung membuat kecelakaan.
"Ada jeda antara peristiwa itu yang cukup jauh. Yang mana warga mundur dan sudah banyak perubahan, lalu yang bersangkutan tidak mau mengurangi kecepatannya, otomatis berakibat buruk," katanya.
Karena itu pula, kasus ini ditutup. Lagi pula tidak ada laporan ke Polres Muaro Jambi dari pihak mana pun.
ADVERTISEMENT

Polisi Klaim Sesuai Prosedur

Bram mengatakan para anggota yang mengejar, dilengkapi dengan sirine dan toa agar Dwi berhenti. Polisi bahkan sempat menembakkan tembakan peringatan tetapi Dwi tetap melajukan mobilnya.
"Tidak ada (kesalahan prosedur). Bahkan kami menyesalkan kenapa korban tidak menghentikan kendaraannya. Anggota kami sudah menggunakan toa dan meminta berhenti. Kalau warga yang ngejar, dan ditakuti begal, itu masih wajar," kata Bram.
Ia pun mengatakan pengejaran itu berlangsung selama berkisar satu jam. "Pengejaran berlangsung sama warga sekitar 15 menit, sisanya 40 menit lebih hanya polisi," katanya.
Sesampai di daerah Sekernan, meski Dwi menghadapi kondisi lalu lintas yang padat, ia tetap melajukan mobilnya demi menghindari polisi.
Nahasnya, Dwi berpapasan dengan truk. Karena kehilangan kendali saat menghindari truk itu, ia menabrak tiang listrik dan bangunan, lalu tewas seketika.
ADVERTISEMENT