Kasus Kanker Penis Marak di Brasil, yang Sudah Sunat Hampir Tak Terdampak

22 Juni 2024 14:05 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mengukur penis dengan pita pengukur Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mengukur penis dengan pita pengukur Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Angka insiden dan kematian akibat kanker penis terus meningkat di seluruh dunia. Menurut penelitian terbaru, Brasil memiliki tingkat kejadian tertinggi, yaitu 2,1 per 100 ribu pria.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari BBC, laporan Kementerian Kesehatan Brasil menyebut, terdapat 21 ribu kasus antara 2012 dan 2022. Hal ini mengakibatkan lebih dari 4 ribu kematian dan, selama dekade terakhir, terdapat lebih dari 6.500 amputasi – rata-rata satu kali setiap dua hari.
Negara bagian termiskin di Brasil, Maranhão, memiliki tingkat kejadian tertinggi secara global yaitu 6,1 per 100 ribu laki-laki.
Namun, menurut Pemimpin Klinis Urologi di Frimley Health NHS Foundation Trust, Neil Barber, kanker penis hampir tidak pernah ditemukan pada populasi yang sudah disunat.
“Kanker penis hampir tidak pernah terjadi pada populasi yang disunat. Kebersihan yang buruk dan infeksi di bawah kulup, serta kondisi seperti phimosis yang membuat kulup sulit ditarik kembali. dan menjaga kebersihan, merupakan faktor risiko. Hal ini terkait dengan risiko infeksi yang lebih tinggi secara keseluruhan,” ungkapnya seperti dikutip dari BBC.
ADVERTISEMENT
“Faktor risiko yang ada juga mencakup hubungan seks tanpa kondom, khususnya tidak menggunakan kondom, dan kebersihan yang buruk semakin meningkatkan risiko melalui jalur ini,” lanjutnya.

Tindakan Amputasi

Ilustrasi urine manusia Foto: Pixabay/frolicsomepl
Gejala kanker penis seringkali diawali dengan luka pada penis yang tidak kunjung sembuh dan keluarnya cairan berbau menyengat. Beberapa orang juga mengalami pendarahan dan perubahan warna pada penis.
Jika terdeteksi sejak dini, terdapat kemungkinan besar untuk sembuh melalui perawatan seperti operasi pengangkatan lesi, radioterapi, dan kemoterapi.
Namun, jika tidak diobati, amputasi sebagian atau seluruh penis, dan mungkin organ genital lain di dekatnya seperti testis, mungkin diperlukan.
Menurut Staf Departemen Urologi di AC Camargo Cancer Center di São Paulo,Thiago Camelo Mourão, dalam kasus amputasi parsial, urine terus keluar melalui penis.
ADVERTISEMENT
“Namun, pada amputasi total, lubang uretra dapat dipindahkan ke perineum, antara skrotum dan anus, sehingga pasien harus buang air kecil sambil duduk di toilet,” jelasnya, seperti dikutip dari BBC.

Faktor Penyebab Kanker Penis

Ilustrasi vaksin HPV. Foto: OneSideProFoto/Shutterstock
Perwakilan Perkumpulan Urologi Brasil, Mauricio Dener Cordeiro, mengatakan infeksi human papillomavirus (HPV) yang terus-menerus, adalah salah satu faktor risiko utama.
HPV dapat ditularkan saat berhubungan seks dan dalam beberapa kasus, dapat menyebabkan kanker termasuk di mulut dan penis.
“Vaksinasi massal terhadap HPV sangat penting karena efektivitasnya yang tinggi dalam mencegah lesi terkait. Tingkat vaksinasi di Brasil berada di bawah tingkat yang diperlukan agar benar-benar efektif,” tutur Cordeiro.
“Di Brasil, meskipun vaksin sudah tersedia, tingkat vaksinasi HPV pada anak perempuan masih rendah – hanya mencapai 57% – dan pada anak laki-laki, angkanya tidak melebihi 40%,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
“Cakupan yang ideal untuk mencegah penyakit ini adalah 90%,” tambahnya.
Dia meyakini misinformasi tentang vaksin tersebut, keraguan mengenai efektivitasnya, dan kurangnya kampanye vaksinasi berkontribusi pada rendahnya penerimaan vaksin.
Menurut situs National Health Service (NHS) Inggris, merokok juga dapat meningkatkan risiko terkena kanker penis.
“Anda mungkin lebih mungkin terkena kanker penis jika anda memiliki masalah dalam menarik kembali kulup anda (kulit yang menutupi penis anda) untuk menjaga kebersihan penis anda (suatu kondisi yang disebut fimosis),” ungkapnya.
“Ketika seorang pria tidak mengekspos kelenjarnya dan gagal membersihkan kulupnya dengan benar, hal itu akan menghasilkan sekresi yang menumpuk,” kata Dr Cordeiro.
“Ini menciptakan lingkungan yang sangat menguntungkan bagi infeksi bakteri. Jika hal ini terjadi berulang kali, maka hal ini akan menjadi faktor risiko munculnya tumor,” tambahnya.
ADVERTISEMENT

Meningkat di Seluruh Dunia

Ilustrasi kanker prostat. Foto: Jo Panuwat D/Shutterstock
Namun Brasil bukan satu-satunya tempat di mana kanker penis meningkat. Menurut penelitian terbaru, jumlah kasus meningkat di seluruh dunia.
Pada 2022, jurnal JMIR Public Health and Surveillance menerbitkan hasil analisis skala besar yang melibatkan data terbaru dari 43 negara.
Laporan tersebut menemukan bahwa insiden kanker penis tertinggi antara tahun 2008 dan 2012 terjadi di Uganda (2,2 per 100 ribu), diikuti oleh Brasil (2,1 per 100 ribu) dan Thailand (1,4 per 100 ribu). Yang terendah terjadi di Kuwait (0,1 per 100 ribu).
“Meskipun negara-negara berkembang masih mempunyai angka kejadian dan kematian akibat kanker penis yang lebih tinggi, angka kejadian ini terus meningkat di sebagian besar negara-negara Eropa,” ungkap penemuan tim peneliti Universitas Sun Yat-Sen China yang dipimpin oleh Leiwen Fu dan Tian Tian.
ADVERTISEMENT
Angka-angka ini diperkirakan akan semakin tinggi, menurut alat prediksi Global Cancer Registries. Kejadian kanker penis secara global diperkirakan akan meningkat lebih dari 77 persen pada 2050.
Perubahan ini sebagian besar disebabkan oleh populasi yang menua, lantaran insiden tertinggi terjadi pada pria berusia 60-an.
"Kanker penis adalah penyakit langka namun juga sangat dapat dicegah,” kata Dr Cordeiro.
Ia berpesan, penggunaan kondom saat berhubungan seks dan menjalani operasi pengangkatan kulup pada kasus phimosis dapat membantu mengurangi risiko kanker penis.
Menurut Cancer Research UK, lebih dari 90 persen pria yang didiagnosis menderita kanker penis, dan belum menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya, dapat bertahan hidup selama lima tahun atau lebih.