Kasus Pneumonia Misterius Terdeteksi di DKI, Pengobatannya Tricky

5 Desember 2023 11:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang anak menjalani pemeriksaan penyakit Pneumonia di sebuah rumah sakit di Hefei, provinsi Anhui, Tiongkok. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang anak menjalani pemeriksaan penyakit Pneumonia di sebuah rumah sakit di Hefei, provinsi Anhui, Tiongkok. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Kasus pneumonia misterius diduga dari bakteri mycoplasma yang membuat rumah sakit di China banjir pasien, telah terdeteksi di Indonesia, tepatnya di Jakarta. Staf Teknis Komunikasi Kemenkes, dr Ngabila Salama, mengatakan pengobatan pneumonia dari bakteri jenis ini perlu kehati-hatian lebih.
ADVERTISEMENT
"Kemenkes sudah buat kewaspadaan pneumonia mycoplasma ini, memang pengobatan tricky, perlu antibiotik yang tinggi kelasnya dan dokter hati-hati berikannya. Ada pengaruh resistensi antibiotik jadi jangan asal tanpa resep dokter," jelas Ngabila kepada wartawan, Selasa (5/11).
Ia belum mendetailkan terkait jumlah kasus yang ditemukan. Juga, anak usia berapa saja yang mengidap penyakit ini.
"Para PPLN, dari China, COVID di Singapura (juga lagi naik), Belanda, India. Itu waspada dan hati-hati," imbuh dia.
Ngabila meminta masyarakat tak sembarang mendeteksi diri terkait penyakit ini. Mengingat pengobatan pneumonia mycoplasma membutuhkan antibiotik kelas tinggi.
Ia menambahkan, dokter akan memeriksa lebih dulu jenis kuman penyebab pneumonia agar pengobatan sesuai dengan PCR.
"Beberapa dokter, terutama dokter anak melakukan pemeriksaan PCR untuk mengetahui spesifik kuman penyebab pneumonia untuk memberikan terapi yang lebih spesifik dan mencegah resistensi antibiotik karena digunakan berlebihan. Pemeriksaan ini bukan kewajiban, sehingga dilakukan secara mandiri/berbayar," kata Ngabila.
ADVERTISEMENT
"Pemeriksaan PCR ini dapat dilihat apa penyebab pneumonianya karena virus, bakteri, atau bakteri atypical seperti mycoplasma ini. Tentunya jenis obatnya berbeda. Kalau penyebab virus, dikasih antibiotik kan kurang tepat dan efek jangka panjangnya malah bisa menyebabkan resistensi antibiotik," tambah Ngabila.
dr Ngabila Salama, MKM. Foto: Instagram/@ngabilasalama
Di sisi lain, Ngabila mengatakan pneumonia mycoplasma sebetulnya bukan penyakit baru di Indonesia. Namun harus diwaspadai bahwa secara umum, kasus pneumonia memang tengah meningkat.
Sehingga, Ngabila berpesan agar masyarakat menjaga pola hidup bersih dan sehat.
"Nemu mycoplasma di Indonesia? Pasti. Kami sudah punya data 2022 di DKI ada. 2023 ada beberapa sudah, kami masih pendataan. Dan ini bukan penyakit baru. Tapi yang perlu kita sorot, pneumoni sendiri meningkat mulai karena virus, bakteri," ujar dia.
ADVERTISEMENT
"Jadi yang utama pencegahan pneumonia (agar tak melonjak. Pola hidup sehat, imunisasi. Kalau cegah kematian (dengan).deteksi dini. Cuci tangan, pakai masker, jaga ventilasi udara," ungkap Ngabila.
Kasus pneumonia misterius menggemparkan China dan membuat rumah sakit sempat penuh, khususnya di Beijing dan China bagian utara. Penyakit ini juga sudah terdeteksi dan menyebar di Belanda.