Kasus Polio Muncul di Aceh, Indonesia Tidak Lagi Bebas Polio

18 November 2022 20:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengumuman kasus polio di Pidie, Aceh. Foto: Dok. Pemkab Pidie
zoom-in-whitePerbesar
Pengumuman kasus polio di Pidie, Aceh. Foto: Dok. Pemkab Pidie
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah Kabupaten Pidie, Aceh, menemukan satu kasus polio (lumpuh layuh) yang dialami oleh seorang anak berusia 7 tahun di Kecamatan Mane. Atas temuan tersebut pemerintah setempat kini telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio.
ADVERTISEMENT
Penjabat (Pj) Bupati Pidie, Wahyudi Adisiswanto, mengatakan kasus polio tersebut juga telah dikonfirmasi oleh Prof Sri Oemijati di Jakarta atas hasil pemeriksaannya di laboratorium.
“Dengan ditemukannya kasus polio di Pidie, maka kami menyatakan ini sebagai Kejadian Luar Biasa, karena seperti yang kita ketahui Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya sudah dinyatakan bebas polio dan dunia saat ini bergerak menuju eradikasi untuk menghilangkan polio dari seluruh negara,” ujar Wahyudi dalam keterangan tertulisnya, Jumat (18/11).
Wahyudi menyebutkan, anak tersebut awalnya mengalami sakit demam dan kemudian muncul nyeri pada persendian dan kelemahan anggota gerak.
"Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium diketahui bahwa pasien itu terinfeksi virus polio," ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Pidie, dr Arika Aboebakar, menyatakan pihaknya bersama dengan tim dari Dinas Kesehatan Aceh, Kementerian Kesehatan, WHO, dan UNICEF sudah melakukan respons awal berupa Penyelidikan Epidemiologi (PE) termasuk pencarian kasus tambahan di wilayah terdampak baik di masyarakat maupun melalui kunjungan ke puskesmas dan RS setempat.
ADVERTISEMENT
Kemudian juga melakukan review cakupan imunisasi dan Penilaian Kondisi Sosial (social assessment), untuk mengetahui bagaimana penerimaan masyarakat di wilayah terdampak terhadap imunisasi. Selain itu koordinasi dan pengaktifan Tim Gerak Cepat (TGC) juga segera dilakukan.
“Perlu diketahui virus polio menular melalui air yang tercemar tinja yang mengandung virus polio. Jika virus ini masuk ke dalam tubuh anak yang belum mendapatkan imunisasi polio secara lengkap, maka virus akan berkembang biak di saluran pencernaan dan menyerang sistem saraf anak sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan,” katanya.
“Ini dapat terjadi jika cakupan imunisasi rendah dalam jangka waktu yang cukup lama ditambah dengan kondisi sanitasi lingkungan yang tidak baik, seperti perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS),” lanjutnya.
Ilustrasi penderita polio. Foto: Shutter Stock
Lebih lanjut, Arika menuturkan, untuk penanganan pasien saat ini sudah dilakukan kunjungan ulang oleh dokter spesialis anak dan dianjurkan untuk dilakukan rehabilitasi medik. Dinas Kesehatan melalui Puskesmas Mane memfasilitasi rujukan ke RSUD T Chik Ditiro.
ADVERTISEMENT
Untuk segera menanggulangi KLB maka sesuai dengan petunjuk dari Tim Komite Ahli maka akan dilakukan respons imunisasi sub-PIN, dengan memberikan imunisasi tetes polio untuk semua anak usia 0 - 13 tahun agar terbentuk kekebalan terhadap polio.
“Serta penguatan sistem surveilans untuk mendeteksi cepat adanya kasus lumpuh layuh mendadak di masyarakat. Target imunisasi adalah 95% dan merata di semua wilayah, agar kekebalan komunitas dapat tercapai,” jelasnya.
Pemerintah Kabupaten Pidie, kata Arika, juga segera meningkatkan edukasi masyarakat tentang pentingnya imunisasi rutin dan perilaku hidup bersih sehat, terutama perilaku BAB di jamban.
“Dalam sosialisasi ini melibatkan seluruh pihak mulai dari pimpinan daerah beserta satuan kerja pemerintah daerah, tokoh agama, tokoh masyarakat, kelompok remaja, PKK, organisasi profesi, ormas, lembaga pendidikan, kader, akademisi, media massa, dan swasta untuk mendukung pencegahan penularan virus polio,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT