Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Kasus positif corona di Amerika Serikat (AS) telah melampaui China, negara yang menjadi awal penyebaran virus.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan The New York Times, jumlah kasus positif corona di AS mencapai 81.321 pasien. Sementara menurut data Johns Hopkins University, jumlah kasus positif di AS mencapai 82.404.
Dengan demikian, AS menjadi negara teratas dalam jumlah kasus positif COVID-19.
Sementara itu, AFP melansir jumlah kasus di Italia pada Kamis (26/3) mencapai 80.539 pasien. Adapun China memiliki 81.285 kasus.
Menurut laporan AFP, RS di AS kewalahan menghadapi lonjakan pasien tersebut.
Dari jumlah pasien tersebut, menurut Johns Hopkins, setidaknya 1.178 pasien di AS meninggal dunia, mayoritas berada di New York.
Presiden AS, Donald Trump, telah menginstruksikan jajarannya untuk segera mengirim bantuan ke wilayah-wilayah pandemi. Para pemimpin senat berusaha mengatasi masalah ini dengan mengucurkan dana senilai 2 triliun dolar AS, khusus untuk menangani virus corona.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Trump bersikeras tidak akan menerapkan lockdown secara menyeluruh di negaranya. Menurut dia, langkah tersebut berlebihan. Bahkan Trump yakin krisis akibat corona akan berakhir sebelum Paskah yang jatuh pada 12 April.
"Saya dengan senang hati membuka negara ini dan bersiap untuk Paskah," kata Trump.
Negara itu, kata Trump, setiap tahunnya telah dihantui wabah flu dan tingginya angka kecelakaan lalu lintas. Namun hal itu tidak sampai membuat AS lockdown, lantas mengapa mereka harus melakukannya saat wabah corona?
"Kita kehilangan ribuan dan ribuan orang setiap tahun karena flu. Kita tidak menutup negara ini. Kau bisa menghancurkan negara dengan menutupnya," kata Trump.
"Kita kehilangan lebih banyak orang lagi dalam kecelakaan mobil. Kita tidak mengatakan kepada perusahaan mobil 'berhenti membuat mobil," tutupnya.
ADVERTISEMENT
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 6 November 2024, 8:38 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini