Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kasus Rekor, Corona Aktif Tertinggi, Anies Tarik Rem Darurat atau PSBB Transisi?
3 Januari 2021 10:17 WIB
ADVERTISEMENT
Akhir Desember 2020 menjadi tantangan besar dalam penanganan pandemi corona di Jakarta. Ada 2 kali libur panjang--Natal dan Tahun Baru--yang biasanya baru terasa efeknya 2 minggu ke depan yaitu lonjakan corona.
ADVERTISEMENT
Pemerintah memang sudah memberlakukan berbagai syarat ketat untuk mengurangi pergerakan orang saat Natal dan Tahun Baru. Tapi, masih saja ada yang bepergian.
Belajar dari libur panjang sebelumnya, lonjakan kasus baru akan terlihat minimal 2 minggu setelahnya.
Sayangnya, saat ini Jakarta harus menghadapi kondisi yang lebih berat. Selama 2 minggu PSBB transisi, kasus harian corona masih saja tinggi. Bahkan, 2 kali pecah rekor.
Catatan kumparan, mulai 21 Desember 2020 sampai 2 Januari 2021, 2 kali kasus harian corona di Jakarta mencapai angka tertinggi.
Pertama terjadi pada 23 Desember, yakni bertambah 1.954 orang. Dan yang tertinggi pada 25 Desember, yakni 2.096 orang.
Tak hanya itu, kasus corona aktif harian di Jakarta juga mencapai angka tertinggi.
ADVERTISEMENT
Saat Anies menarik rem darurat September lalu, kasus corona aktif di Jakarta tertinggi hanya 14 ribuan orang. Beberapa hari lalu, tepatnya 1 Januari 2021, kasus aktif corona mencapai catatan tertinggi, yakni 15.871 orang.
Tak ayal, kondisi keterisian rumah sakit rujukan corona di Jakarta juga mengkhawatirkan.
Wagub DKI Jakarta Riza Patria sempat mengungkapkan, hingga 29 Desember 2020, ruang ICU sudah terisi 78% dan isolasi sudah 85%. Angka ini jauh di atas standar aman, yakni 60%.
"Kami akan melakukan alih fungsi yang sebelumnya untuk pelayanan umum digunakan kembali untuk pasien COVID. Namun demikian kami pastikan ketersediaan ruang ICU dan ruang isolasi bagi penderita COVID mencukupi," kata Riza (1/1).
Tingginya kasus corona di Jakarta memang tak lepas dari tingginya angka testing. Dalam sehari, kini Jakarta bisa menembus 15.000-20.000 tes per hari.
ADVERTISEMENT
"Dengan 82 lab rujukan COVID di Jakarta sudah dilakukan 25.143 pemeriksaan spesimen per hari," tambah dia.
Soal pertambahan kasus harian tinggi, Jakarta juga punya masalah dengan terlambatnya laporan dari lab ke Dinkes DKI Jakarta.
Riza berharap sistem pelaporan ke depan tak ada lagi keterlambatan. Sehingga kasus harian tidak melonjak tinggi karena ada akumulasi dan rapelan laporan corona dari lab.
"Mudah-mudahan ini tidak terjadi lagi, tapi jangan hanya melihat adanya peningkatan, tapi apa sebabnya ini disebabkan tadi di antaranya rapelan akumulasi penambahan. Yang harus dilihat adalah sejauh mana kami Pemprov bisa menangani ini," tutur Riza.
Belum sampai di situ. Tingginya klaster keluarga sebagai imbas libur panjang juga jadi tantangan yang harus segera dicari solusi terbaiknya.
Saat ini Klaster Keluarga jadi penyumbang terbesar corona di Jakarta. Catatan Pemprov DKI Jakarta, klaster keluarga menyumbang 42,4% dari kasus corona di Jakarta. Sedangkan klaster perkantoran yang dulu sempat merajai klaster, kini hanya 5,7%.
ADVERTISEMENT
"Saya setiap pulang ke rumah selalu diingatkan oleh anak saya, meminta saya untuk tidak menyentuh apa pun sebelum cuci tangan dan segera mandi, gosok gigi, dan ganti pakaian. Baru setelah itu saya boleh ke ruang tamu, meja makan, atau ke tempat lainnya," tambahnya.
"Saya mengimbau pertama pastikan ada ventilasi di rumah kita. Sehingga memudahkan keluar dan masuknya udara. Kemudian tata ulang furniture di rumah kita. Jangan sampai furniture tersebut menghambat masuknya udara segar," tuturnya.
PSBB transisi Jakarta berakhir 3 Januari 2021. Melihat kondisi ini dan tantangan lonjakan kasus corona usai Natal dan Tahun Baru, akankah Anies tarik rem darurat untuk mencegah penularan corona, atau tetap memperpanjang PSBB transisi?