Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kasus Tom Lembong: Benarkah Indonesia Impor Gula saat Surplus?
5 November 2024 13:38 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kejaksaan Agung (Kejagung) menjerat eks Mendag, Thomas Trikasih Lembong alias Tom Lembong , sebagai tersangka kasus dugaan korupsi importasi gula. Tom Lembong disebut meneken izin impor gula di tengah kondisi stok gula nasional sedang surplus.
ADVERTISEMENT
Pengacara Tom, Ari Yusuf Amir, membantah hal tersebut. Ari mengeklaim, kondisi stok gula di Indonesia tidak pernah mengalami surplus.
"Kaitan surplus pada waktu itu itu salah data waktu itu. Data yang benar kita tidak pernah surplus dalam masalah gula, itu informasi yang salah. Itu bisa dicek datanya," kata Ari di kantornya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (4/11).
Lantas, benarkah Indonesia surplus gula?
Produksi Stagnan, Konsumsi Melesat
Berdasarkan data National Sugar Summit Indonesia, produksi gula di dalam negeri jauh lebih rendah dari kebutuhan nasional. Pada 2015, misalnya, Indonesia cuma bisa memproduksi 2,49 juta ton gula. Padahal konsumsi nasional ada di angka 2,86 juta ton.
National Sugar Summit Indonesia merupakan forum atau konferensi nasional berfokus pada industri gula, termasuk produksi, distribusi, hingga kebijakan. Forum ini biasanya mengumpulkan para pemangku kepentingan seperti pemerintah, petani, pelaku industri, dan akademisi, untuk berdiskusi dan mencari solusi terhadap berbagai masalah yang dihadapi sektor gula nasional.
ADVERTISEMENT
Data yang diolah National Sugar Summit Indonesia juga berasal dari data yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan grafik di bawah ini, gula nasional nyatanya tak pernah surplus. Yang terjadi adalah produksi gula stagnan dan konsumsi terus melesat.
Impor Terus Naik
Joko Widodo (Jokowi) tercatat memiliki 6 sosok yang menjabat sebagai menteri perdagangan. Mereka adalah Rachmat Gobel (Oktober 2014—Agustus 2015), Thomas Trikasih Lembong (Agustus 2015—Juli 2016), Enggartiasto Lukita (Juli 2016—Oktober 2019), Agus Suparmanto (Oktober 2019—Desember 2020), Muhammad Luthfi (Desember 2020—Juni 2022), dan Zulkifli Hasan (Juni 2022—Oktober 2024).
Berdasarkan data BPS, data impor gula pada 2015 atau di era Tom Lembong mencapai 3,36 juta ton. Kemudian pada 2016 naik menjadi 4,7 juta ton. Impor gula tertinggi terjadi pada 2022 atau di era Muhammad Lutfi, yaitu 6 juta ton.
ADVERTISEMENT
Pada awal 2023 lalu, Jokowi sempat menargetkan swasembada gula pada 2028. Target itu termaktub dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).
Perpres yang terbit pada 16 Juni 2023 itu tak lepas dari Indonesia yang terus impor gula di tengah kebutuhan gula yang terus naik.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian menargetkan swasembada gula pada 2020. Namun, target itu tak tercapai lantaran pabrik gula baru masih belum dapat beroperasi maksimal. Selain itu lahan tebu juga masih dalam persiapan.