Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kasus Ujang, Pedagang Sebut Ada Preman Ormas Jual Air Minum Pengganti Iuran
24 April 2022 20:50 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kasus Ujang Sarjana, seorang PKL di Pasar Pakuan Kota Bogor yang dijerat hukum karena menolak pungli membeli air minum dari preman masih menjadi perdebatan.
ADVERTISEMENT
Pihak keluarga dan kerabat menilai, Ujang tidak bersalah karena ia menolak pungli dari preman hingga berujung pengeroyokan.
Sementara PD Pasar Pakuan Kota Bogor, Polresta Bogor Kota dan Kejaksaan Negeri Kota Bogor membantah ada pungli dalam kasus ini.
kumparan pada Minggu (24/4) mencoba menelusuri kebenaran di balik kasus ini. Kami mendatangi langsung lokasi tempat Ujang berjualan.
Hasil keterangan dari beberapa PKL, mereka mengaku diminta membeli air kemasan. Air itu disebut dijual oleh sebuah ormas. Mereka tidak mau menyebut nama ormas yang dimaksud.
Salah satu pedagang PKL, berinisial L mengungkapkan, para penjual minuman itu keliling dan menawarkan kepada pedagang. Mereka meminta jatah pedagang PKL liar dengan cara menjual minuman.
"Jadi mereka penjual minuman itu atau anggota ormas itu nitip di warung, dia yang suplai masukin gitu barang-barang dia. Atau para pedagang di pasar itu beli ke dia gitu," kata L.
ADVERTISEMENT
"Apa sih ibaratnya kalau kita enggak beli juga tapi harus beli gitu. Memang kebutuhan juga sih air minum, ukuran 500 mili," tambah dia.
L menyebut, air minum yang dijual kepada pedagang lebih mahal dari yang biasa di jual di warung.
"Pedagang sayur atau yang di pinggir jalan belinya satu biji satu biji. Tapi setiap hari mereka habis berapa dus berapa dus, iya yang di pasar itu. Ya bahasa halusnya kalau minta Rp 2.000 langsung ke pedagang kan kesannya jatah. Nah ieu ditutupna ku (dengan cara jual) minuman" jelas dia.
Pedagang di Pasar Pakuan ini terbagi dua. PD Pasar Pakuan Jaya Kota Bogor menuturkan, pertama ada pedagang pasar yang berjualan di dalam bangunan pasar.
ADVERTISEMENT
Kemudian kedua mereka yang berjualan di pinggir jalan atau PKL. Mereka mengisi ruas ruas trotoar jalan di pelataran kios maupun pintu masuk pasar.
Berbeda dengan pedagang di dalam. PKL di pinggir jalan sering kali kucing-kucingan dengan petugas satpol pp. Meski berulang kali berusaha direlokasi dengan berbagai kompensasi, namun para PKL tetap kukuh berjualan di jalan dengan dalih ekonomi.
Ujang Sarjana berada di posisi pedagang yang berjualan tepat di depan pintu masuk pasar. Ia menempati kios berukuran 2x1 meter. Namun seluruh dagangannya menyita trotoar jalan.
Viralnya pemberitaan soal Ujang yang diproses hukum akibat melakukan penganiayaan membuat para PKL yang mendukung Ujang tak mau banyak bicara.
Ketika disambangi satu persatu, mereka kompak menutupi siapa sosok Ujang. Para pedagang itu tak mau banyak menjawab. Ujang dikenal jawara di kalangan pedagang. Bahkan beberapa catatan, ia sering menolak relokasi.
ADVERTISEMENT
"Kalau lebih jelasnya (soal Ujang) ke situ aja. Itu yang berjualan saudaranya semua," kata NY salah satu pedagang sayur sambil menujukkan lokasi lapak Ujang.
Terkait korban yang dikeroyok Ujang, yakni Andriansya dan Agus alias Komeng, NY menyebut sempat berkelahi karena kedua orang itu berjualan air mineral dan kelontong kecil keliling ke pedagang.
"Yang saya tahu waktu itu ribut-ribut karena jualan air tidak boleh. Tapi yang jual air itu ke pedang wilayah dia. Saya tahunya hanya jual air keliling," ucap dia.
Selain NY, pedagang lain yakni ZA menyebut, perkelahian itu terjadi karena Ujang melarang pedagang air menjual dagangannya ke lapak sayur di pinggir jalan.
"Mereka memang jualan kaya pedagang asongan lain," ucap NY.
ADVERTISEMENT