Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Penampilan istri KSAD Jenderal Andika Perkasa, Diah Erwiany Trisnamurti Hendrati Hendropriyono, saat mendampingi suaminya berolahraga bersama para taruna di Akademi Militer (Akmil), Magelang, Jawa Tengah, pada Minggu (5/7) mencuri perhatian.
ADVERTISEMENT
Bukan soal dandanan atau pakaian yang dipakai, melainkan masker yang unik. Masker yang dipakai Diah tersebut berjenis clean space purifying respirator. Masker tersebut diciptakan perusahaan Amerika Serikat, CleanSpace Technologies. Lebih spesifiknya, masker yang digunakan merupakan seri CleanSpace PAPR HALO.
Lalu bagaimana komentar Gugus Tugas hingga Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengenai masker tersebut?
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, merespons positif penggunaan masker istri KSAD.
"Sekarang inovasi alkes/APD (alat pelindung diri) makin besar," kata Wiku.
Ia menambahkan, masyarakat bebas memilih sesuai kapasitas dan kebutuhannya. Semakin baik fungsinya tentu harganya lebih mahal.
ADVERTISEMENT
"(Yang jelas) pilihan makin banyak," kata Wiku.
Sementara itu Kemenkes tengah mendiskusikan kemungkinan penggunaan masker itu bagi petugas medis yang menangani pasien corona.
"Saya akan bicarakan dengan Dirjen Pelayanan Kesehatan," kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2p) Kemenkes, Achmad Yurianto.
Adapun Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengamini bahwa masker istri KSAD itu berkualitas sangat baik. Tentu dibarengi dengan harganya yang mahal, berkisar Rp 22-25 juta.
"Iya proteksinya lebih tinggi. Tapi harganya tergolong mahal," kata Humas IDI Halik Malik.
Halik menjelaskan, masker respiratori memang lebih nyaman. Apalagi dia tidak bersifat sekali pakai atau daya baterai bisa diisi berulang-ulang.
"Kita rekomendasikan di ruang isolasi. Terutama di ruang ICU isolasi untuk tindakan yang berisiko terhadap paparan aerosol/airborne," urai Halik.
ADVERTISEMENT
Namun, apabila Gugus Tugas belum merencanakan program pengadaan masker tersebut, menurut Halik, masker N95 bisa menjadi alternatif.
"Ya masker jenis N95 biasa juga dipakai oleh tenaga medis yang merawat pasien COVID-19 berat atau kritis," tuturnya.
kumparan pun menyambangi distributor masker di Indonesia yakni Bless Indo di Jalan Batununggal Mulia, Kecamatan Bandung Kidul, Kota Bandung. Bless Indo mengimpor masker itu dari perusahaan Fisher Scientific yang berbasis di Australia dan Singapura.
Staff Bless Indo, Erlinda Meidiani mengakui pihaknya memang ditunjuk Fischer Scientific sebagai distributor di Indonesia pada Juni lalu. Akan tetapi, dia tak mengetahui dasar penunjukan tersebut.
"Kalau Asia itu ada yang perwakilannya dari Fischer, dia nge-handle Asia tapi untuk Indonesia enggak, akhirnya dia nunjuk kita sebagai distributor," kata Erlinda.
ADVERTISEMENT
Erlinda menuturkan, masker yang dikenakan istri KSAD kini telah dipesan sekitar 20 dokter di Indonesia. Menurut dia, mayoritas pemesan berasal dari Jakarta dan luar Pulau Jawa seperti Kalimantan. Sementara, di Kota Bandung justru minim pemesan.
"Iya, udah beberapa sih yang pesan. Yang banyak sih dari Jakarta sama luar pulau sih kebanyakan," ucapnya.
Namun Erlinda menyebut produk ini inden atau pre order. Sehingga baru bisa dikirim setelah paling lama dua bulan setelah pemesanan.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )