Kata Kemendikbud soal Ramai Wisuda TK-SMA Dianggap Memberatkan Ortu

17 Juni 2023 11:57 WIB
·
waktu baca 4 menit
Ilustrasi Wisuda Siswa TK. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wisuda Siswa TK. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Salah seorang orang tua siswa, Mikhayla Eka, mengadu ke Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim agar menghapus acara wisuda TK karena dianggap tidak bermanfaat.
ADVERTISEMENT
Protes Mikhayla di akun Instagram Nadiem ini disetujui puluhan orang tua lainnya yang merasa wisuda TK memberatkan secara ekonomi.
Lantas, perlu kah sebenarnya wisuda untuk siswa TK ini?
Gatya, ibu dengan dua anak ini mengaku kurang setuju dengan adanya wisuda anaknya yang baru lulus playgroup. Salah satu pertimbangan karena besarnya biaya yang diminta sekolah. Ia harus membayar Rp 850 ribu untuk persiapan wisuda anaknya.
Uang ini akan dimanfaatkan untuk beberapa keperluan pentas akhir tahun. Termasuk dekorasi panggung, suvenir guru, suvenir anak, sewa fotografer, jahit baju kebaya, sewa kostum tampil, dan sewa toga.
"Saya ngerasa ada beberapa printilan gitu yang buat saya itu tidak perlu gitu rasanya untuk lulus playgroup. Salah satu contoh yang menurut saya kurang setuju itu bisa dibilang adalah pakai toga dan biaya-biaya kecil lainnya seperti misalnya suvenir yang bermacam-macam bentuknya," ujar Gatya, Jumat (16/6).
ADVERTISEMENT
Gatya sebenarnya tak masalah dengan penampilan akhir tahun sebab menurutnya acara ini dapat meningkatkan rasa percaya diri anaknya. Tapi bila harus membayar dengan nominal Rp 850 ribu untuk anaknya yang baru lulus playgroup, Gatya keberatan.
"Karena tidak sadari awal ketika masuk sekolah itu include gitu ya. Untuk akhir tahun ini jadinya lumayan kaget nih, ketika mau akhir tahun tiba-tiba ada tagihan untuk kegiatan akhir tahun ini," ujar dia.
Alasan lain mengapa Gatya tak setuju adalah pengalaman wisudanya saat sarjana dan magister yang terasa spesial. Wisuda sarjana adalah momen pertama Gatya merasakan wisuda. Berbeda dengan sang anak, selama TK, SD, SMP, hingga SMA Gatya tak pernah merasakan wisuda.
"Jadi ada rasa mungkin kalau dia sudah terlalu terbiasa untuk pakai toga setiap kelulusan, rasa dari menggunakan toga itu sendiri sudah akan terus gitu kurang rasa bangganya. Tidak seperti yang saya rasakan dulu ketika lulus kuliah," ujar Gatya.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan Gatya, Zarona, seorang karyawati swasta sekaligus ibu dari tiga anak ini justru senang dan haru dengan adanya wisuda TK. Saat menyaksikan anaknya lulus Taman Kanak-Kanak (TK), Zarona seolah disadarkan bahwa anaknya sudah 'besar'.
Wisuda Siswa TK di Jakarta. Foto: Dok. Istimewa
"Aku ngerasa waktu lagi dia naik ke panggung aku melihat dia udah semakin gede gitu ya. Akhirnya dia sudah lulus TK gitu itu jadinya tuh perasaannya tuh campur aduk gitu," ujar Zarona, Jumat (16/6).
Zarona menyebut perasaan ini hadir saat ia melihat anaknya berinteraksi dengan teman-temannya di panggung. Anak Zarona yang biasanya pemalu ini sudah bisa bergaul dan tampak percaya diri.
"Karena mungkin aku nggak banyak waktu yang aku habiskan sama mereka gitu, makanya aku ngerasa kayak kayaknya gue belum ngajarin banyak hal sama anak gue gitu kan," kata Zarona.
ADVERTISEMENT
Untuk menyaksikan momen ini, Zarona tidak membayar apapun secara khusus. Semua kegiatan sekolah, termasuk wisuda, dibayarkan di awal tahun. Untuk wisuda TK anaknya, Zarona hanya membeli kebaya dari market place dan sebuket bunga.
Secara materi, Zarona tidak rugi. Tapi bila harus membayar pun, ia mengaku tak masalah.
"Once in a life time gitu kan. Jadi dan ini pasti akan jadi sesuatu yang diingat juga sampai mereka sudah besar gitu. Itu sih yang jadi pertimbangan utamanya gitu," tutup Zarona.
Kemendikbud Sebut Wisuda Kegiatan Opsional
Kemendikbudristek melalui Plt Kepala Biro Kerja Sama dan Humas Kemendikbud Ristek Anang Ristanto mengatakan wisuda merupakan kegiatan yang opsional.
Dalam Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah ditegaskan bahwa kegiatan satuan pendidikan yang melibatkan orang tua dapat didiskusikan dan dimusyawarahkan bersama dengan Komite Sekolah.
ADVERTISEMENT
"Terkait fenomena dan budaya kegiatan wisuda yang dilakukan oleh satuan pendidikan mulai dari jenjang PAUD/TK, SD, SMP hingga SMA, dengan ini pihak Kemendikbudristek menegaskan bahwa kegiatan wisuda merupakan kegiatan yang opsional," ujar dia. Sebut Wisuda TK Tak Perlu Mewah
Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji menyebut wisuda di tingkat Paud hingga TK memang bagian dari salah satu kenang-kenangan siswa didik.
Tapi, harusnya dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekolah tanpa harus makan biaya.
"Kan nggak perlu pula bermewah-mewah dengan bikin acara khusus dengan biaya khusus," ujar Ubaid.
"Masalahnya ini kan yang diprotes orang tua karena banyak biaya. Sementara dia juga harus daftar di jenjang berikutnya yang juga berbiaya mahal pula," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ubaid bahkan menyebut bahwa wisuda TK tidak bermanfaat dan cenderung foya-foya serta pamer gengsi. Ia menegaskan kegiatan ini tak ada pula hubungannya dengan pendidikan. Bahkan jadi modus pungli dan korupsi di sekolah.