Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kata Seniman Patung Naga di Bandara YIA: Dibuat dari Limbah, Tak Terkait Politik
2 Januari 2022 8:31 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Keberadaan patung naga di Bandara Yogya International Airport (Bandara YIA ) Kulonprogo, DIY, menuai perhatian usai dikritik oleh kader Partai Ummat, Mustofa Nahrawardaya.
ADVERTISEMENT
Dalam cuitan di akun Twitternya, Mustofa menyinggung soal pemilihan patung naga di Bandara YIA dan bukan lambang negara seperti burung garuda yang diletakkan di bandara.
Cuitan Mustofa tersebut viral dan mengundang berbagai respons dari masyarakat. Termasuk di antaranya adalah Tri Surharyanto, seorang seniman yang juga membuat patung naga tersebut.
Makna dan Arti Patung Naga di YIA
Kepada kumparan, Tri menjelaskan makna dari patung naga yang telah dibuat sejak 2015. Pertama kali patung itu dipamerkan pada pameran tunggalnya di 2017 silam.
"Dari karya itu, saya tidak semata-mata membuat dekorasi untuk sebuah hiasan atau pemanis ruangan, tapi saya ingin menawarkan gagasan pemikiran yang saya pikirkan terkait sejarah nusantara," ungkap Tri, Sabtu (1/12).
ADVERTISEMENT
"Contohnya, mungkin saja kita telah menjelajah belahan dunia jauh sebelum Colombus atau bahkan laksamana Cheng Ho, hal itu dibuktikan dengan penemuan artefak dan relief Candi Sukuh. Naga tersebut merupakan mitologi, sama halnya pemikiran yang ada dalam benak saya soal sejarah nusantara, penuh dengan mitologi," paparnya.
Tri menjelaskan, penggambaran naga adalah simbol mitos dengan semangat kenusantaraan yang saat ini sudah mulai keropos. Ia ingin karyanya dapat menggugah kembali ingatan mitos dan membangkitkan keinginan untuk mempelajari sejarah nusantara.
"Kenapa nggak ada nasionalisme? Itu sengaja saya ingin memunculkan mitos kejayaan kita. Karena kita nggak punya bukti apa pun, seperti halnya naga itu ada atau nggak, itu mitos. Mengangkat spirit-spirit ke-nusantara-an sekarang yang sudah mulai keropos, bisa dipelajari dari situ," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Hanya Dipamerkan 3 Bulan
Selain itu, Tri menyebut karya patung bernama Naga Jalur Sutra itu diletakkan selama 3 bulan, terhitung sejak pekan ini. Mengingat, ruang publik Bandara YIA juga diperuntukkan sebagai ruang pameran atau galeri kesenian.
Pihak bandara tertarik untuk memajang karya patung yang diberi nama Naga Jalur Sutera itu setelah melihat ilustrasi dari buku karya miliknya.
"Dari pihak bandara itu melihat dari buku kita dan ada ketertarikan, dari pihak mereka juga ingin ruang-ruang kosong bisa difungsikan untuk menambahkan nilai estetika, dan ini sifatnya pameran temporary selama 3 bulan saja," beber Tri.
Minta Jangan Dihubungkan dengan Politik
Tri mengungkapkan ia menghargai kritik dan opini publik soal karya seninya. Namun ia berharap masyarakat dapat mengapresiasi karya seni tanpa harus menyangkutpautkannya dengan politik tertentu.
ADVERTISEMENT
"Apa pun sebuah karya, mari diapresiasi, ada tawaran berpikir bersama, menginterpretasikan secara bebas tapi jangan meng-stigma karya seni sebuah kepentingan politis," tegas dia.
Dibuat dari Limbah Daur Ulang Rongsokan
Lebih lanjut, seniman asal Bantul itu mengungkapkan patungnya dibuat dengan bahan yang digunakan 90 persen merupakan limbah daur ulang yang ia beli dari toko rongsokan. Didominasi oleh besi galvanis.
"Kalau dibuka itu bahannya ada yang bekas kulkas, mobil rongsokan, plat-plat yang dijual kiloan, sehingga kami mendaur ulang sesuatu yang sudah tidak difungsikan," jelasnya.
Karena bahan rongsokan yang ditemukan tidak dapat dipesan, maka tebal dan tipisnya juga berbeda-beda.
Proses pengerjaannya membutuhkan waktu hampir 1,5 tahun. Sejak 2015, ia menggarap patung Naga tersebut hingga akhir 2016. Kemudian ditampilkan pada pameran tunggalnya di Taman Budaya Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Jika ditotal, karya naga tersebut menghabiskan uang senilai ratusan juta. Meskipun menggunakan barang rosok, namun energi dan waktu pengerjaan tidak dapat dipungkiri paling banyak dikuras.
Bandara YIA Terbuka untuk Karya Seni
PTS General Manager Yogyakarta International Airport (YIA) Agus Pandu Purnama membenarkan YIA terbuka untuk karya seni.
"Kebijakan kita untuk menerima karya seni dari seniman Yogya kita menyiapkan ruang dan lain-lain," ujar Pandu.
Pandu mengatakan, Bandara YIA tidak hanya sarana transportasi tetapi juga tempat untuk mengapresiasi karya seni.
"Iya untuk bisa juga sebagai apresiasi kita terhadap para seniman Yogyakarta," tutup dia.