Katib Aam PBNU Bertemu Paus Fransiskus di Vatikan

16 Januari 2020 14:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf (kiri) bersama Paus Fransiskus (kanan). Foto: Dok. PBNU
zoom-in-whitePerbesar
Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf (kiri) bersama Paus Fransiskus (kanan). Foto: Dok. PBNU
ADVERTISEMENT
Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf bersama 18 tokoh agama-agama Ibrahim dalam forum Inisiatif Agama-agama Ibrahim (Abrahamic Faiths Initiative), menemui Paus Fransiskus di kediamannya, di Basilica, Vatikan, Rabu (15/1) malam.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan itu, Pastor Bob Roberts menjelaskan kepada Sri Paus tentang hasil-hasil diskusi forum Abrahamic Faiths Initiative yang digelar acara 14-17 Januari, sebagai wahana untuk mengedepankan ikhtiar-ikhtiar perdamaian.
Mereka juga menjelaskan penegasan dukungan terhadap “Piagam Persaudaraan Kemanusiaan” yang ditandatangani bersama antara Paus Fransiskus dan Tetua Agung Al Azhar, Syaikh Ahmad Al Tayeb, di Abu Dhabi pada Februari tahun 2019 lalu.
"Diskusi yang digelar sejak pagi hingga sore seharian pada Rabu (15/1), di Gregorian University, Roma mengerucutkan sikap dan langkah bersama dalam menghadapi kemelut kemanusiaan dewasa ini, yang sangat kental diwarnai oleh konflik antarkelompok agama," jelas Gus Yahya, sapaan akrab Katib Aam PBNU, dalam rilis PBNU, Kamis, (16/1).
Paus Francis memimpin misa Malam Natal di Basilika Santo Petrus, Vatikan. Foto: REUTERS/Guglielmo Mangiapane
Yahya Cholil Staquf mengatakan, dalam masalah apa pun yang dihadapi, hendaknya semua masalah mesti dikembalikan ke akar keberadaan manusia, yaitu sesama saudara.
ADVERTISEMENT
Gus Yahya mengatakan, Sam Brownback, Duta Besar Keliling Amerika Serikat Untuk Kebebasan Beragama, pada awal diskusi menyampaikan keprihatinan yang mendalam, jika konflik antaragama ini dibiarkan sudah pasti ujungnya adalah saling bunuh di antara sesama manusia.
"Ungkapan itu persis seperti analisis yang dipaparkan dalam “Deklarasi Gerakan Pemuda Ansor Tentang Islam Untuk Kemanusiaan (Humanitarian Islam)”, pada tahun 2017 yang lalu," ujarnya.
Reverand Thomas Johnson dari World Evangelical Alliance menekankan bahwa deklarasi saja tidak cukup, karena belum tentu banyak orang mau sungguh-sungguh membaca dan mempelajarinya.
Chief Rabbi David Rosen menilai perlunya kalangan politik menengok agama-agama sebagai basis strategi resolusi konflik, bukan hanya pendekatan militer dan ekonomi.
Sedangkan Ambassador Sam Brownback pada kesempatan itu juga menyampaikan terima kasih dan apresiasi atas segala yang telah dilakukan Nahdlatul Ulama selama ini dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Musyawarah pada akhirnya mencapai kesepakatan untuk terjun ke wilayah konflik demi mengupayakan jalan keluar.