KBRI Havana Pastikan 7 WNI di Haiti dalam Kondisi Aman

6 Maret 2024 7:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orang-orang berjalan dan berkendara di jalan yang tertutup puing-puing dan batu yang digunakan untuk memblokir jalan, sementara barikade yang terbakar di beberapa lingkungan memaksa warga untuk berlindung, di Port-au-Prince, 
Haiti 18 Januari 2024. Foto: REUTERS/Ralph Tedy Erol
zoom-in-whitePerbesar
Orang-orang berjalan dan berkendara di jalan yang tertutup puing-puing dan batu yang digunakan untuk memblokir jalan, sementara barikade yang terbakar di beberapa lingkungan memaksa warga untuk berlindung, di Port-au-Prince, Haiti 18 Januari 2024. Foto: REUTERS/Ralph Tedy Erol
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah Haiti memberlakukan situasi darurat pada Minggu (3/3). Keputusan ini diambil menyusul eskalasi kekerasan di negara Karibia tersebut.
ADVERTISEMENT
Kedutaan Besar RI Havana merangkap Haiti menyampaikan terdapat tujuh WNI yang bekerja sebagai spa terapis di Port-au-Prince, Haiti. Para WNI tersebut dalam keadaan aman dan tempat mereka bekerja jauh dari wilayah konflik.
Dubes Indonesia di Havana, Nana Yuliana, menyebutkan bahwa geng kriminal bersenjata saat ini telah menguasai 80 persen wilayah ibu kota Port-au-Prince.
"Kondisi di Haiti semakin memanas sejak awal Februari 2024 akibat janji Perdana Menteri Haiti Ariel Henry untuk melaksanakan pemilu, ternyata tidak dilaksanakan dengan alasan situasi keamanan yang belum kondusif," kata Nana dikutip dari Antara, Rabu (6/3).
KBRI Havana juga mengimbau para WNI untuk waspada dan tetap berada di rumah akibat kondisi politik dan keamanan di ibu kota Haiti tersebut. Selain itu, KBRI juga menyampaikan agar para WNI menghindari daerah konflik dan menghubungi hotline KBRI jika terjadi hal yang membahayakan.
ADVERTISEMENT
"KBRI Havana berencana melakukan evakuasi melalui jalur darat ke negara tetangga, Republik Dominika, melalui wilayah perbatasan antara Haiti dan Republik Dominika. Pihak KBRI juga berencana akan mendorong para WNI untuk keluar dari Haiti dan mencari pekerjaan di negara Karibia lainnya yang lebih aman," tuturnya.
Polisi berlindung selama operasi anti-geng di lingkungan Portail di Port-au-Prince, Haiti, Kamis, 29 Februari 2024. Foto: AP/Odelyn Joseph
Lebih lanjut, Nana menjelaskan berdasarkan pantauan media, situasi sangat mencekam dan terjadi pembunuhan acak dan tindak kekerasan terhadap masyarakat yang diduga anggota geng lawan. Selain itu, juga penjarahan terhadap rumah dan toko, serta penculikan dan pembakaran rumah warga dan kendaraan masyarakat dan polisi.
"Geng kriminal tersebut juga menembaki Bandara Port-au-Prince yang mengakibatkan tutupnya bandara, kantor pemerintah, sekolah dan pertokoan di ibu kota Haiti itu," ujarnya.
"Di beberapa tempat lingkungan masyarakat, warga melakukan pengamanan mandiri dengan mengangkat senjata, melakukan penutupan jalan dan pembakaran ban bekas untuk mencegah masuknya geng," sambungnya.
ADVERTISEMENT

Bos Geng Kriminal Minta PM Haiti Mundur

Seorang petugas polisi berlindung di tangga di samping warga sipil, ketika barikade yang terbakar di beberapa lingkungan memaksa warga untuk berlindung, di Port-au-Prince, Haiti 18 Januari 2024. Foto: REUTERS/Ralph Tedy Erol
Di tengah kondisi mencekam pemimpin geng kriminal Haiti meminta agar PM Ariel Henry mundur.
Seruan tersebut disampaikan oleh pemimpin geng kriminal Haiti Jimmy Chérizier alias Barbecue usai 3.700 napi kabur dari dua penjara. Kekerasan yang terus terjadi di Haiti telah menyebabkan 12 orang tewas.
Sampai sekarang keberadaan Henry masih samar. Terakhir Henry sedang dalam perjalanan menuju Kenya.
Chérizier menegaskan, saat ini seluruh geng kriminal dalam posisi bersiap untuk menyerang Henry, agar yang bersangkutan segera turun dari jabatan PM.
“Saat ini, kelompok bersenjata di kota provinsi dan kelompok bersenjata di ibu kota, sudah bersatu,” kata Henyr seperti dikutip dari BBC.