Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
KBRI Quito Susun Rencana Kontigensi 48 WNI yang Terancam Geng Narkoba di Ekuador
12 Januari 2024 10:18 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Langkah ini diambil sebagai bentuk antisipasi jika situasi di negara Amerika Latin itu semakin memburuk — menyusul status darurat nasional yang diterapkan Presiden Daniel Noboa awal pekan ini.
Pernyataan tersebut disampaikan Direktur Perlindungan WNI, Judha Nugraha, dalam keterangannya yang dirilis pada Kamis (10/1). Ia menyebut saat ini tercatat ada 48 orang WNI yang berada di Ekuador.
"KBRI terus menjalin komunikasi dengan para WNI dan juga menyusun rencana kontingensi untuk antisipasi jika terjadi eskalasi yang semakin memburuk," ujar Judha.
Judha memastikan, berdasarkan komunikasi dengan komunitas WNI di Ekuador hingga saat ini tidak ada WNI yang menjadi korban. Lebih jauh, sebagian WNI di sana bekerja sebagai misionaris/paderi. Mereka jauh di luar wilayah Guayaquil — di mana pusat kekerasan terjadi.
ADVERTISEMENT
Sementara WNI lainnya merupakan staf dan keluarga KBRI yang saat ini tinggal di Quito. "Secara khusus, KBRI juga telah memonitor kondisi WNI di Guayaquil. 1 WNI wanita tercatat menetap di wilayah tersebut, namun saat ini yang bersangkutan terpantau tengah berada di luar wilayah wilayah Ekuador," tutup Judha.
Adapun saat ini Ekuador sedang dilanda darurat kekerasan bersenjata dan perang antara komplotan geng narkoba dengan aparat keamanan — yang sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 10 orang tewas.
Geng narkoba menyandera ratusan polisi, mahasiswa, sipir dan staf penjara — bahkan mengancam akan membunuh secara acak warga sipil yang berada di jalanan saat tengah malam.
Seluruh ini terjadi menyusul kaburnya gembong narkoba Jose Adolfo Macias alias Fito dari penjara berkeamanan tinggi di Guayaquil. Selain narkoba, dia dikenal sebagai sosok yang terlibat dalam pembunuhan calon presiden anti-korupsi Fernando Villavicencio pada 2023 lalu.
ADVERTISEMENT