Kebab Kofte WN Turki Jadi Primadona saat Berburu Takjil di Kampung Jawa, Bali

7 Maret 2025 15:15 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 WN Turki bernama Mehmet Ugur Duyu (41) dan WNI Sri Kestari Hilda (42),  penjual kebab di Pasar Takjil, Kampung Jawa Kota Denpasar, Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
WN Turki bernama Mehmet Ugur Duyu (41) dan WNI Sri Kestari Hilda (42), penjual kebab di Pasar Takjil, Kampung Jawa Kota Denpasar, Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
Aroma daging dan tortila panggang dari wajan milik WN Turki bernama Mehmet Ugur Duyu (41) menyeruak di Pasar Takjil, Kampung Jawa, Kota Denpasar, Bali, Rabu (5/3).
ADVERTISEMENT
Hidung dan lidah para pengunjung tak bisa mengabaikan aroma rempah-rempah dari daging dan tortila isi yang dibolak-balik dari wajan itu.
Para pengunjung bahkan rela mengantre sejak pukul 15.00 WITA sore demi mencicipi kebab buatan Mehmet, baik sebagai menu buka puasa umat Muslim atau warga Bali yang penasaran.
Padahal, Mehmet baru membuka stand jualan mulai pukul 17.00 WITA sampai pukul 19.00 WITA.
Padatnya pengunjung, pengapnya udara dan panasnya kompor serta wajan tak jadi halangan demi membeli Kebab "Kofte" Mehmet di tengah bulan puasa. Kebab ini bak menjadi primadona di tengah berbagai macam menu takjil di Kampung Jawa.
Mehmet menerapkan sistem antrean agar pengunjung tak saling berebut. Dia dibantu istrinya WNI bernama Sri Kestari Hilda (42), mencatat pesanan dan berkomunikasi dengan pengunjung karena belum aktif berbahasa Indonesia.
WN Turki bernama Mehmet Ugur Duyu (41) dan WNI Sri Kestari Hilda (42), penjual kebab di Pasar Takjil, Kampung Jawa Kota Denpasar, Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
"Saya antre sudah satu jam, memilih kebab karena viral dan ini pertama kali saya membeli kebab, akhirnya dapat juga meski dapat antrean terakhir," kata salah satu pengunjung bernama Veronika, asal Kabupaten Bangli.
Suasana war takjil "Kebab Kofte" WN Turki di Pasar Takjil, Kampung Jawa, Kota Denpasar, Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Pengunjung lain bahkan rela antre karena Ramadan tahun lalu gagal memperoleh antrean namun terlalu malas untuk kembali mengantre.
ADVERTISEMENT
"Tahun kemarin setiap pas mau beli habis terus. Sekarang saya ke sini mulai dari belum buka. Pengin coba yang sapi dan ayam, sudah dapat nomor antrean," kata Susan, warga Kabupaten Gianyar.
Mehmet mengatakan, kebab buatannya disajikan dengan gaya Turki sehingga memiliki rasa unik dan berbeda dengan kebab lain yang dijual di pasaran. Kebab ini disebut "Kofte" karena teknik pembuatan daging ham kebab menggunakan teknik meracik daging bakso.
"Kofte dalam bahasa Turki artinya bakso," kata Mehmet dalam bahasa Inggris.
Daging ayam dan sapi diracik dengan delapan bumbu yang dibeli di pasar tradisional Bali. Bumbu tersebut merupakan resep rahasia Ibu Mehmet, yang bekerja sebagai koki di sebuah restoran.
Mehmet tak kesulitan meracik bumbu dan memanggang kebab ini karena sudah menjadi kebiasaan di kampung halamannya. Mehmet masak sejak masih kanak-kanak diajarin oleh sang ibu.
ADVERTISEMENT
"Saya meracik bumbu, mengolah daging dan memanggang sendirian. Istri saya membantu menyajikan,"katanya.
WN Turki bernama Mehmet Ugur Duyu (41) dan WNI Sri Kestari Hilda (42), penjual kebab di Pasar Takjil, Kampung Jawa Kota Denpasar, Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Mehmet mematok tarif Rp 20 ribu-25 ribu untuk satu porsi kebab dan Rp 25 ribu-30 ribu untuk satu porsi burger. Mehmet menjual 60-70 porsi dalam empat jam.

Kisah Cinta Mehmet si Penjual Kebab di Bali

Mehmet memutuskan menetap di Bali dan berjualan kebab demi bisa hidup bersama dengan sang istri, Sri Kestari Hilda (42).
Cinta memang tak mengenal batas wilayah dan waktu. Mehmet rela bolak-balik Turki-Bali Bali selama tahun 2018-2021 demi Sri.
Mehmet dan Sri awalnya kenalan melalui Instagram tahun 2018. Kenalan ini berkat pergaulan Sri yang bekerja di agen travel. Mereka memutuskan pacaran tahun 2019 dan menikah tahun 2022 di Turki.
ADVERTISEMENT
Mehmet sudah mengurus seluruh dokumen izin tinggalnya dan memutuskan menjadi pengusaha kebab untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
Suasana war takjil "Kebab Kofte" WN Turki di Pasar Takjil, Kampung Jawa, Kota Denpasar, Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Mehmet awalnya berjualan beberapa kali di CFD Renon menguji respons masyarakat setempat. Menurutnya, warga memang tertarik dan berminat karena dirinya asli Turki serta rasanya penasaran terhadap kebabnya.
Usaha kebabnya kian sukses sehingga berhasil membuka dua outlet di Kota Denpasar. Jualan di CFD ditutup saking banyaknya pesanan dari pelanggan.
Sementara itu, Sri mengaku jatuh cinta kepada Mehmet karena cara hidupnya dalam beragama mampu menuntut ke arah lebih baik.
"Karena agama suami saya, dia bisa menuntut saya," katanya sambil tersipu malu.