Kebakaran di Pesantren Malaysia Disengaja, Bukan Kecelakaan

17 September 2017 11:35 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesantren di Kuala Lumpur, Malaysia terbakar.  (Foto:  REUTERS/Lai Seng Sin)
zoom-in-whitePerbesar
Pesantren di Kuala Lumpur, Malaysia terbakar. (Foto: REUTERS/Lai Seng Sin)
ADVERTISEMENT
Kebakaran yang menewaskan 21 santri dan dua guru di pesantren Kuala Lumpur, Malaysia, ternyata dilakukan dengan sengaja, bukan kecelakaan. Polisi telah menangkap tujuh orang yang diduga pelaku pembakaran tersebut.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, Minggu (17/9), polisi mengatakan pembakaran di pesantren tahfidz Darul Quran Ittifaqiyah di Jalan Datuk Keramat dilakukan oleh para pelaku pada Kamis lalu atas dasar balas dendam. Ketujuh orang terduga pelaku berusia antara 11 dan 18 tahun.
Menurut kepala polisi Kuala Lumpur Amar Singh para terduga pelaku ditangkap antar Jumat malam hingga Sabtu sore. Singh mengatakan, mereka mengaku kesal kepada para santri setelah diejek.
Salah satu terduga tertangkap kamera CCTV sebelum kebakaran terjadi.
"Penyidik menemukan motif mereka untuk membakar pesantren. Tujuannya agar terjadi kecelakaan karena kebakaran," kata Amar.
"Tapi mungkin karena usia mereka yang masih muda, mereka tidak tahu tindakan tersebut akan berakhir seperti ini," lanjut dia.
Pesantren di Kuala Lumpur, Malaysia terbakar.  (Foto: Fire & Rescue Department of Malaysia/via REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Pesantren di Kuala Lumpur, Malaysia terbakar. (Foto: Fire & Rescue Department of Malaysia/via REUTERS)
Amar mengatakan, pelaku menggunakan dua gas silinder dari lantai satu pesantren untuk melakukan pembakaran di lantai tiga. Kebakaran terjadi sekitar pukul lima pagi di asrama santri.
ADVERTISEMENT
Polisi menduga para pelaku melakukan tindakan itu ketika sedang mabuk. Dalam uji narkotika, enam dari tujuh terduga pelaku positif mengonsumsi ganja, dua di antara mereka punya catatan kriminal.
Amar mengatakan, ketujuh anak itu putus sekolah dan tinggal dekat pesantren. Kini kasus ini diselidiki atas tindak pembunuhan.
Awalnya penyidik menduga kebakaran terjadi akibat korsleting listrik. Enam santri terluka dalam peristiwa itu, sisanya tewas di dalam kamar asrama yang pintunya terbakar dan jendelanya diteralis besi.
"Saya tidak mengira kebakaran ini disengaja, awalnya saya mengira karena korsleting listrik," kata Siti Salfari Ismail, yang kehilangan putranya yang berusia 10 tahun.
"Mereka sangat kejam. Banyak yang meninggal. Saya tidak mengira ada yang tega melakukan ini," lanjut Siti lagi.
ADVERTISEMENT