Kebanggaan Sang Ayah pada Najjar, Putrinya yang Tewas Ditembak Israel

3 Juni 2018 16:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Razan al-Najjar (Foto: Instagram/@ __mohano__ )
zoom-in-whitePerbesar
Razan al-Najjar (Foto: Instagram/@ __mohano__ )
ADVERTISEMENT
Meski usianya masih muda, namun jiwa sosial dan rasa kepedulian terhadap sesama Razan al-Najjar (21) patut diacungi jempol. Perawat sukarela asal Palestina yang bertugas di Khan Yunis, Jalur Gaza selatan ini mengobati dan merawat korban luka-luka akibat serangan militer Israel.
ADVERTISEMENT
Namun, kini kebaikan Najjar tinggal kenangan. Timah panas militer Israel menghujam dada Najjar hingga tewas saat sedang menolong demonstran yang terluka dalam aksi 'Great March Return'. Ia pun jatuh tersungkur dan jas putihnya berubah merah darah.
Sebelum wafat, Najjar sempat bercerita ayahnya banyak menerima pertanyaan orang terkait pekerjaannya. Apalagi ia bekerja dengan tidak dibayar.
Ayah Razan al-Najjar membawa rompi saat pemakaman. (Foto: AFP/Said Khatib)
zoom-in-whitePerbesar
Ayah Razan al-Najjar membawa rompi saat pemakaman. (Foto: AFP/Said Khatib)
"Kami tidak ingin dibayar atau dipekerjakan. Orang bertanya pada ayah saya, apa yang saya lakukan di sini, bekerja tanpa mendapatkan gaji," kata Najjar dikutip dari New York Times, Minggu (3/6).
"Dia mengatakan kepada mereka, 'saya bangga dengan anak saya'. Dia memberi perhatian kepada anak-anak di negara kita," lanjut dia.
Warga membawa jenazah Razan al Najjar. (Foto: AFP/Mahmud Hams)
zoom-in-whitePerbesar
Warga membawa jenazah Razan al Najjar. (Foto: AFP/Mahmud Hams)
Najjar menegaskan meski dipandang sebelah mata, namun ia tetap menjalankan tugasnya sebagai perawat. "Karena kita memiliki lebih banyak kekuatan daripada siapa pun," ucap Najjar.
ADVERTISEMENT
Selama menjadi perawat sukarela, Najjar bekerja selama 13 jam untuk menolong korban-korban yang terluka akibat berdemo di perbatasan Palestina dan Israel. Najjar memberikan pertolongan pertama sebelum korban dilarikan ke rumah sakit.
Warga membawa jenazah Razan al Najjar. (Foto: AFP/Said Khatib)
zoom-in-whitePerbesar
Warga membawa jenazah Razan al Najjar. (Foto: AFP/Said Khatib)
"Ini pekerjaan kemanusiaan. Kami tidak melakukannya demi uang, kami melakukannya demi Tuhan," papar dia.
Najjar mengatakan menjadi seorang perawat bukanlah pekerjaan mudah. Meski perawat, apalagi di daerah konflik kebanyakan pria, namun Najjar menepis itu semua.
"Menjadi tenaga medis bukan hanya pekerjaan untuk seorang pria. Ini untuk wanita juga. Terkadang yang terluka adalah wanita," tutur Najjar.