Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Pasti banyak dari kita yang pernah mendengar cerita dari Jerman tentang peniup seruling dari Hamelin. Kisah ini cukup populer di kalangan anak-anak di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kisah ini bermula dari adanya wabah tikus yang meresahkan penduduk kota Hamelin. Kewalahan dengan kondisi ini, penduduk Hamelin mencari orang yang dapat memusnahkan tikus-tikus tersebut. Mereka menjanjikan bayaran yang mahal.
Seorang laki-laki bernama Pied datang dengan serulingnya. Pied yang memakai jubah indah menggiring tikus-tikus tersebut masuk dan tenggelam ke dalam sungai dengan alunan serulingnya.
Sayangnya upah yang dijanjikan tidak dipenuhi oleh penduduk Hamelin. Pied-pun memainkan serulingnya lagi. Kali ini anak-anak kota Hamelin seperti tersihir dan digiring oleh Pied menghilang dari kota tersebut dan tidak pernah kembali lagi. Penduduk Hamelin-pun sedih dan menyesali kesalahan mereka.
Apa yang menarik dari cerita tersebut? Meskipun tersebar sampai ke seluruh dunia, ternyata tidak banyak yang tahu bahwa cerita dari Hamelin ini tidak sepenuhnya dongeng.
Kisah hilangnya 130 anak memang pernah terjadi pada 26 Juni 1284 di kota Hamelin, Jerman. Anak-anak tersebut pergi mengikuti seorang peniup seruling misterius yang muncul tiba-tiba dengan seruling peraknya. Namun alasan kepergian anak-anak tersebut tidak jelas. Cerita tentang wabah tikus-pun ditambahkan untuk melengkapi cerita tersebut.
ADVERTISEMENT
Cerita tentang kepergian anak-anak tersebut didokumentasikan dalam sebuah manuskrip yang berisi kesaksian seorang anak perempuan yang tidak ikut “tersihir” pada saat kejadian tersebut.
Setidaknya ada empat anak yang tidak ikut hilang, yaitu seorang anak yang buta dan tidak tahu kemana yang lain pergi, anak yang tuli sehingga tidak dapat mendengar suara seruling, anak yang kakinya tidak sempurna sehingga tidak bisa mengejar anak-anak yang lain, dan seorang anak yang kembali ke kota untuk mengambil mantelnya.
Para penduduk Hamelin tidak selalu bangga akan cerita ini. Mereka merasa bahwa ini adalah cerita sedih yang harus dijaga sebagai rahasia. Baru pada abad ke-19 sajalah cerita ini mulai dipopulerkan secara luas. Pada 2014, cerita peniup seruling dari Hamelin masuk ke dalam daftar warisan budaya UNESCO.
ADVERTISEMENT
Hamelin terletak di tengah negara Jerman, tidak jauh dari kota Hannover. Pengunjung dapat memahami sejarah kota Hamelin dan juga cerita tentang peniup seruling di sudut-sudut kota ini. Hamelin memiliki museum, patung, gedung-gedung indah, dan lempengan bergambar tikus yang tersebar di seluruh kota untuk memandu turis ke tempat-tempat penting di Hamelin.
Pada musim-musim tertentu, kota ini juga menampilkan teater langsung yang mengisahkan cerita peniup seruling.
Penulis: Daniel Chrisendo