Kecemasan dan Harapan Warga Rusia dan Ukraina Usai Trump Resmi Jadi Presiden AS

21 Januari 2025 5:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato usai dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat di Rotunda Gedung Capitol, Washington, DC, Senin (20/1/2025). Foto: Chip Somodevilla/Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato usai dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat di Rotunda Gedung Capitol, Washington, DC, Senin (20/1/2025). Foto: Chip Somodevilla/Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
Kembalinya Donald Trump sebagai Presiden AS membuat warga Rusia dan Ukraina terbagi antara ketidakpercayaan terhadap niat dan harapan untuk hasil yang menguntungkan dalam perang di Ukraina.
ADVERTISEMENT
Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, Washington menyediakan bantuan militer dan ekonomi kepada Kiev.
Namun, dikutip dari AFP, Trump selama masa kampanye mengkritik bantuan ini dan berjanji akan menyelesaikan konflik dengan cepat. Pernyataan Trump ini menimbulkan ketakutan di Eropa dan Ukraina bahwa Kiev, yang bercita-cita bergabung dengan Uni Eropa dan NATO, akan dipaksa membuat konsesi besar.
Pensiunan asal Kiev, Mykhailo Pishtoy (78), mengatakan latar belakang bisnis Trump dan keengganannya “kalah karena ditantang” membuatnya menjadi orang yang tepat untuk mengeluarkan “ultimatum” terhadap pemimpin Rusia, Vladimir Putin.
Pishtoy ingin menyaksikan Moskow berhenti menguasai Krimea yang dianeksasi Rusia pada 2014, dan berharap Trump dapat mengakhiri pertikaian selama satu dekade di Ukraina, yang dimulai ketika Moskow mengambil alih Semenanjung Laut Hitam dan mendukung separatis Ukraina yang pro Rusia di timur negara itu.
Petugas pemadam kebakaran Ukraina mencoba memadamkan api di lokasi serangan rudal Rusia di Kyiv pada 20 Desember 2024. Foto: Roman Pilipey / AFP
“Saya telah menjadi pengungsi internal sejak 2014 di Kiev,” katanya. “Kami telah menunggu selama 10 tahun”.
ADVERTISEMENT
Warga Kiev lainnya, Yulia (35), berharap agar Trump dapat mengakhiri konflik yang bulan depan akan berjalan tepat 3 tahun. Menurutnya, konflik ini mematikan dan tidak “menguntungkan” Ukraina.
“Ada banyak orang yang tewas. Kami kekurangan senjata dan hal-hal lainnya,” katanya.
“Kita harus mengakhirinya, kalau tidak, kami tidak akan ada,” lanjutnya lagi.
Harapan agar perang dapat diakhiri juga datang dari Moskow. Profesor musik, Irina Kharitonova, menginginkan agar konflik dapat diakhiri, dan berharap Trump dapat “bersikap baik” terhadap Rusia.
“Saya sangat berharap, sejujurnya, karena kami lelah hidup di situasi ini,” katanya.
Layanan darurat Ukraina melakukan operasi pencarian dan penyelamatan di antara reruntuhan hotel yang hancur setelah serangan Rusia di kota Kramatorsk, Ukraina, Minggu (25/8/2024). Foto: Genya Savilov/AFP
“Kami kehilangan banyak kerabat, banyak kesengsaraan yang terjadi, itu menimpa anda dan anda tidak tahu bagaimana hidup dengan itu,” katanya lagi.
Selama perang berlangsung, Rusia menggambarkan AS sebagai pihak yang bersalah dalam konflik. Dan di ibu kota Rusia, kecurigaan terhadap Trump masih kuat.
ADVERTISEMENT
Svetlana (55), misalnya, menyebut Trump sebagai “imperialis” yang “hidup di belakang negara lain”.
Sementara bagi warga lainnya, Dmitri, tidak ada bedanya siapa yang berada di Gedung Putih, Joe Biden atau Donald Trump. Ia bahkan menyebut ada kekuatan yang tidak diketahui yang berada di belakang setiap pemimpin AS.
Kembali ke Kiev, Inna (32) mengaku tidak tahu apakah Trump akan bernegosiasi dengan Moskow dengan syarat “baik atau buruk” untuk Ukraina.
Ia mengatakan kota kelahirannya sering diserang oleh Rusia dan dia khawatir Trump akan mengurangi bantuan militer untuk Ukraina.
Warga lainnya, Mykyta (23), mengatakan dia sebelumnya adalah pendukung Trump, yang kini memanggilnya “pria gila” dan mengatakan “apa pun mungkin terjadi”. Ia juga skeptis perang akan berakhir pada 2025.
ADVERTISEMENT