Kedaireka Kampus Merdeka: Jembatan Kolaborasi Kreativitas Perguruan Tinggi

29 Maret 2023 17:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para dosen Universitas Negeri Gorontalo yang menerima pendanaan program Kedaireka Kemendikbudristek. Foto: Luthfi Humam/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Para dosen Universitas Negeri Gorontalo yang menerima pendanaan program Kedaireka Kemendikbudristek. Foto: Luthfi Humam/kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menetapkan kebijakan Kampus Merdeka sebagai bentuk transformasi pendidikan tinggi.
ADVERTISEMENT
Salah satu upaya mewujudkan transformasi tersebut ialah transformasi dana pemerintah melalui dana padanan (matching fund) untuk bekerja sama dengan Mitra Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).
Salah satu pendanaan yang diberikan oleh pemerintah melalui platform Kedaireka (Kerja Sama Dunia Usaha dan Kreasi Reka) yang sudah diluncurkan sejak 2020 lalu, yang bisa digunakan oleh perguruan tinggi negeri maupun swasta yang bekerja sama dengan DUDI.
Setelah perguruan tinggi dan DUDI menyepakati kemitraan melalui Kedaireka, dosen perguruan tinggi dapat mengajukan proposal Dana Padanan.
Salah satu penerima dana bantuan Kedarireka ini adalah Universitas Negeri Gorontalo (UNG) yang menjalankan tiga program untuk Kedaireka periode 2022 lalu. Ada program untuk ketahanan pangan, pencegahan stunting, hingga pemerataan akses pembelajaran ke pelosok negeri.
ADVERTISEMENT
Bentuk kolaborasi yang dibuat oleh sejumlah dosen dan mahasiswa lintas jurusan UNG adalah Self Study Platform (SSP). Program tersebut adalah menciptakan sebuah alat untuk mendukung pembelajaran dengan menggunakan materi ajar yang dimasukkan ke dalam sebuah proyektor dan memiliki pengeras suara. Cerdasnya, alat SSP ini tidak perlu menggunakan listrik maupun jaringan.
“Guru cukup memasukkan materi, walaupun tanpa listrik, tanpa jaringan. Ini disimpan di hard disk, dalam kelas juga disimpan proyektor,” kata Dosen jurusan Teknik Elektro di Universitas Negeri Gorontalo, Ikhsan Hidayat saat menerima kunjungan Kemendikbudristek, Rabu (29/3).
“Project ini kita kolaborasi 3 prodi, Teknik Elektro mesinnya, Teknik Industri bodinya, kontennya (materi ajar) dari PGSD kolaborasi berbasis TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi),” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Para dosen Universitas Negeri Gorontalo yang menerima pendanaan program Kedaireka Kemendikbudristek. Foto: Luthfi Humam/kumparan
Sementara itu, program kolaborasi lainnya yakni beras analog yang berbahan dasar jagung. Program ini memberdayakan nilai ekonomi jagung yang rendah kemudian diolah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi lebih tinggi.
“Seperti Kedaireka matching fund dan reguler, ada 2 objek kegiatan tapi fokusnya di pangan. Karena bukan hanya jadi isu nasional tapi juga internasional,” ungkap Amir Halid, dosen penanggung jawab program tersebut.
“Gorontalo ini unggulannya jagung. Kita menempati ke 6 nasional. Dengan produksi sebanyak 1,5 juta ton. Tapi karena jagung ini hanya diekspor begitu saja belum ada olahan makanya nilainya kurang bagi petani,” tambahnya.
Sementara itu, tak hanya diperkenalkan saat sudah mendapat pendanaan saja, program ini juga terus dievaluasi agar tidak mogok di tengah jalan. Selain evaluasi dari internal universitas, evaluasi juga dilakukan oleh mitra yang bekerja sama.
ADVERTISEMENT
Program tersebut merupakan satu dari sembilan poin Merdeka Belajar - Kampus Merdeka (MBKM) yaitu membangun desa. Sementara itu lengkapnya adalah:
Selain itu, hal tersebut merupakan bentuk tindakan nyata negara hadir untuk membantu para calon sarjana agar lebih cepat mendapat pekerjaan atau usaha yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
"Program untuk memastikan lulusan perguruan tinggi tidak menganggur adalah melalui program Kampus Merdeka. Menyiapkan lulusan untuk benar-benar kompeten dan siap memasuki dunia kerja. Mengenali dunia kerja yang akan dimasuki, membekali mahasiswa dengan kecakapan hard skills dan soft skills yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja," kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek, Nizam kepada kumparan, Senin (26/12).
ADVERTISEMENT
"Hasil survei terakhir menunjukkan, mahasiswa yang mengikuti program MBKM waktu tunggu untuk bekerjanya jauh lebih singkat dibanding yang tidak mengikuti MBKM. Pada saat yang sama penghasilan pertamanya lebih tinggi dibanding yang tidak mengikuti MBKM," ujarnya.