Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ribuan massa menyerbu kantor Kedutaan Besar AS di Baghdad, Irak, Selasa (31/12). Mereka mengutuk keras serangan udara AS di pangkalan-pangkalan militer Iran di Irak sejak Minggu (31/12) lalu.
ADVERTISEMENT
Dalam aksi itu, dua belas milisi Irak terluka akibat granat kejut yang diduga dilempar dari dalam kompleks kedutaan.
"Salah satu anggota milisi Irak terluka di bagian wajah, sedangkan yang lain terlihat terluka di bagian perut. Mereka langsung dibawa pergi dari lokasi," kata salah satu saksi mata, dilansir Reuters, Selasa (31/12).
Hingga saat ini, Departemen Luar Negeri AS dan Gedung Putih belum memberikan penjelasan terkait nasib duta besar dan staf kedutaan mereka lainnya di Baghdad. Namun, menurut pejabat Irak, duta besar dan staf Kedutaan AS sudah dievakuasi ketika massa demo mulai memadati gerbang depan kompleks Kedutaan AS.
Aksi demo tersebut sebenarnya merupakan salah satu dampak serangan udara AS ke Irak sejak Minggu (31/12). AS menyatakan, serangan tersebut adalah bentuk balas dendam terkait kematian seorang pekerja sipilnya di Irak pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Serangan udara tersebut ditargetkan ke kantong pertahanan dan basis militer kelompok Hashsh al-Shaabi. Kelompok garis keras ini memiliki hubungan erat dengan Hizbullah dan didukung oleh Iran.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menuding Iran sebagai dalang dari serangan di Kedutaan AS di Baghdad. Ia menyebut, Iran bertanggung jawab penuh terhadap aksi demo tersebut dan kematian salah satu pekerja sipil AS di Irak.
"Iran telah membunuh seorang pekerja sipil Amerika dan melukai banyak orang. Sekarang, Iran juga mengatur serangan terhadap Kedutaan Besar AS di Irak. Mereka akan bertanggung jawab penuh dan kami berharap, Irak bisa menggunakan pasukannya untuk melindungi Kedutaan Besar," cuit Trump dalam akun Twitternya.
Sebelumnya, aksi balas dendam Amerika tersebut menewaskan setidaknya 25 milisi pro-Iran di Irak dan melukai 51 orang lainnya. Irak bahkan sudah menyatakan kemarahannya dan menyebut tindakan AS itu tidak bisa diterima dan langsung mendapat respons dari Washington.
ADVERTISEMENT
"Kami sudah memperingatkan Pemerintah Irak berulang kali, dan kami membagi informasi kepada agar mereka dapat bekerja bersama kami untuk melindungi kami sebagai tamu mereka," kata pejabat senior Kementerian Luar Negeri AS, seperti dikutip AFP.
Menurutnya, kehadiran militer dan diplomat AS di Irak adalah undangan pemerintah setempat. Sehingga, AS merasa, Irak seharusnya bisa melindungi Kedutaan Besar AS di Baghdad itu.
"Jadi tanggung jawab mereka melindungi kami. Dan mereka tidak mengambil langkah yang tepat dalam melakukannya," sambung dia.