Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Kehidupan Bawah Tanah di Batang Toru yang Menakjubkan
11 Desember 2018 15:11 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
Penjelajahan hari ketiga di hutan Batang Toru, Rabu (5/12), difokuskan pada Goa Kelelawar. Medan menuju goa ini lebih ekstrem dari jalur sebelumnya. Waktu tempuhnya juga lebih lama, sekitar 3 jam dari Camp Mayang.
Kami meniti sungai, berlompatan di batu-batu yang licin dan berlumut. Terkadang kami harus meniti batang pohon jika sungai yang kami lalui begitu deras dan membahayakan.
ADVERTISEMENT
Sungai-sungai ini jauh lebih indah dan alami dibanding sungai yang kami lalui sebelumnya. Airnya bening menyegarkan.
Sebelum tiba di jalur sungai yang terjal dan licin, kami melintasi medan yang cenderung datar. Mata saya tak lepas mengamati kondisi kanan-kiri yang banyak ditumbuhi buah-buahan hutan. Banyak kejutan di hari ketiga ini.
Sekitar 40 menit berjalan, langkah kami terhenti karena seorang kawan melihat sarang Orang Utan di atas pohon Hoting. Tingginya sekitar 15 meter. Ada 2 sarang Orang Utan di 2 pohon yang berbeda.
Menurut Manager Camp Mayang dari Yayasan Ekosistem Lestari/Sumatran Orang Utan Conservation Programme (YEL/SOCP), Andayani Oerta Ginting, kemungkinan sarang itu masih baru dan masih ditinggali Orang Utan. Sebab tumpukan daun-daunnya masih hijau.
ADVERTISEMENT
"Itu mungkin baru 2-3 bulan. Kemungkinan yang menempati ibu dan anaknya, karena Orang Utan tipikal sosial individual," terang Anda.
Beberapa ratus meter dari lokasi itu kami menemukan buah-buahan dengan bekas gigitan yang berserakan di tanah. Buah-buahan itu masih segar dan getahnya masih basah.
"Ini tandanya ada Orang Utan habis sarapan di sini," kata Anda.
Wah, kami langsung semringah dan memutuskan menunggu Orang Utan di area tersebut. Anda dan tim YEL/SOCP meminta kami untuk tenang dan tidak banyak bergerak. Sayangnya setelah sekitar 20 menit menanti, tak ada tanda-tanda Orang Utan melintas. Akhirnya kami memilih melanjutkan perjalanan menuju Goa Kelelawar.
Tiba di depan Goa Kelelawar kami disuguhkan pemandangan yang tak kalah menakjubkan. Dua air terjun mengalir deras dan terlihat begitu indah menjuntai, menabrak tebing.
ADVERTISEMENT
Sambil memandang air terjun, kami menyempatkan makan siang di depan goa. Kami juga membuat infus water dari jeruk nipis yang tumbuh subur di mulut goa. Jeruk ini rasanya jauh lebih asam dibanding jeruk nipis yang biasa kita konsumsi.
Diserbu Kelelawar
Seperti namanya, saat memasuki Goa Kelelawar, kami disambut dengan serbuan ribuan kelelawar yang beterbangan ke luar. Saya begitu terkejut, seolah hendak ditabrak gerombolan mamalia bersayap itu.
Tampaknya kelelawar-kelelawar itu juga kaget karena tidur siangnya terganggu oleh kehadiran kami. Mereka beterbangan tak tentu arah sambil mengeluarkan suara berisik. Salah satu kelelawar ada yang jatuh pingsan setelah menabrak anggota tim kami.
Semakin ke dalam, aroma goano (kotoran kelelawar) terasa semakin menyengat. Kami melangkah di tepi kiri goa, melompati batu-batu besar yang tertutup tanah. Kondisinya lembab dan gelap gulita karena tak ada celah bagi sinar matahari sedikit pun.
Sekitar 200 meter berjalan, kami harus melintasi genangan air setinggi sekitar 80 cm. Selebihnya kami melintasi gundukan-gundukan tanah yang dipenuhi serangga blattodea. Bentuknya mirip dengan kecoa karena berasal dari keluarga yang sama. Tanah, dinding, dan langit-langit goa penuh dengan blattodea. Jumlahnya jauh lebih banyak dari kelelawar.
Kehidupan di dalam goa ini memang mengejutkan. Saya lebih banyak memilih berjalan di dalam genangan air, meski selalu melangkah dengan was-was karena banyak binatang yang tak terduga hidup di dalam air.
Menurut buku 'Batang Toru' karya YEL/SOCP, ada begitu banyak spesies di dalam Goa Kelelawar yang jumlahnya belum diketahui secara pasti. Bahkan tak sedikit yang bentuknya aneh dan jarang atau belum pernah ditemukan di tempat lain. Mereka bergantung dengan kotoran kelelawar yang menjadi dasar rantai makanan bagi invertebrata (hewan tak bertulang belakang).
ADVERTISEMENT
Live Update