Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
ADVERTISEMENT
Berpuluh-puluh tahun hidup di Jakarta tanpa pekerjaan yang jelas, tentu tidak mudah untuk bisa hidup layak.
ADVERTISEMENT
Berbekal harapan, kurangnya pendidikan dan pemahaman membuat tidak sedikit dari mereka tertipu dan harus hidup terlunta-lunta tanpa ada uang dan tempat tinggal.
Kolong jembatan akhirnya menjadi satu-satunya tanah tempat mereka membuat rumah tinggal untuk bertahan hidup. Bermodalkan bangunan semi permanen dengan terpal sebagai atap, mereka bertahan dari teriknya panas ibu kota.
Hidup bersama dengan fasilitas minim membuat mereka terbiasa untuk tetap tinggal. Meskipun mereka tahu, tanah yang mereka tinggali merupakan tanah milik negara dengan ancaman penggusuran.
Salah satunya Wati, perempuan asal Jawa Tengah itu merantau ke Jakarta sekitar tahun 1981. Datang seorang diri dengan berbekal Ijazah SD, ia lakukan untuk mendapatkan hidup yang lebih layak.
Di kolong di Jembatan Kawasan Kanal Banjir Barat itulah, Wati dengan beberapa keluarga lainnya bertahan hidup. Tanpa pekerjaan yang jelas, semua cara dilakukan agar mendapat pundi-pundi rupiah, mulai dari mengamen hingga memulung.
ADVERTISEMENT