Kejanggalan Proyek Meja dan Kursi Sekolah Rp 87 Miliar di DKI Jakarta

24 Desember 2019 14:04 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pengadaan mebel 183 sekolah di DKI Jakarta tahun 2018 menyisakan masalah. Banyak barang cepat rusak, harga diduga terlalu tinggi, dan proses tender diduga bermasalah.
Kondisi Meja dan Kursi dalam Pengadaan Meubeler Sekolah DKI Jakarta tahun 2018. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
“Tet..tet..tet…”
ADVERTISEMENT
Bel akhir sekolah telah berbunyi di Sekolah Dasar Negeri 07 Kalibata, Jalan Kalibata Timur IV, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, anak-anak berhamburan keluar dari kelas. Sekitar setengah jam, seluruh ruang kelas di sekolah sudah sepi. Penjaga sekolah, Deni, masuk ke kelas menunjukkan meja dan kursi yang yang mengisi ruangan.
Meja itu terbuat dari bahan bubuk kayu yang dilapisi triplek dan kakinya terbuat dari besi dengan alas plastik. Sedangkan kursi terbuat dari plastik dengan rangka besi. Tetapi meja dan kursi itu sudah rusak di sana-sini padahal usianya juga belum genap setahun.
“Belum setahun mejanya sudah banyak yang rusak. Yang paling banyak adalah alas kaki meja yang plastik warna hitam itu sering copot,” kata Deni pada Senin lalu (9/12).
ADVERTISEMENT
Di satu kelas paling tidak 12 kursi dan meja yang rusak, mulai dari kondisi alas meja yang terkelupas hingga bahan serbuk kayu mencuat. Selain itu beberapa alas kaki meja dan kursi yang terlepas sehingga kaki meja berbahan pelat kotak itu jadi tajam dan bisa melukai siswa.
Mebel itu didatangkan setelah pembangunan gedung SDN 07 Kalibata selesai. Gedung baru ini menggabungkan dua sekolah, yakni SDN 08 dan SDN 07 Kalibata dan selesai sekitar tahun lalu. Deni ingat sempat tak ada meja dan kursi untuk kegiatan belajar sehingga guru dan murid harus menggelar tikar.
Kondisi Meja dan Kursi dalam Pengadaan Meubeler Sekolah DKI Jakarta tahun 2018. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Untungnya pengadaan mebel untuk 183 sekolah oleh pemerintah DKI Jakarta selesai. Meja dan kursi pun datang melalui dua tahap pengiriman, pertama sekitar 500 unit lalu dilanjutkan 66 unit dan terakhir sekitar dua pekan lalu datang lagi sejumlah 32 unit. Tetapi Deni menyayangkan mebel itu tak awet dan banyak yang rusak hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
Kerusakan mebel tak hanya dialami oleh sekolah itu. Kondisi serupa juga terlihat di SDN Kramat Jati 11, Jakarta Timur. Di sekolah ini banyak permukaan meja terkelupas dan sepatu kaki meja bahan plastiknya banyak yang pecah, serta copot. Bahkan, ada kaki meja yang patah.
Salah seorang guru kelas III, Amel, mengaku meja dan kursi baru itu terakhir datang pengiriman dua pekan lalu sejumlah 20 unit. Menurutnya barang-barang itu tidak ramah anak-anak. Kaki meja dan kursi berbahan besi jenis plat kotak itu beresiko bagi anak-anak SD. Apalagi alas kaki meja bahan plastik mudah pecah dan copot, besinya yang tajam bisa melukai anak-anak saat menggeser meja dan kursi untuk menyapu ruangan kelas.
ADVERTISEMENT
Untuk membersihkan kelas, anak-anak harus menggeser meja dan kursinya lantaran rendah. Berbeda dengan meja yang lama, untuk menyapu kotoran debu di bawah meja tidak perlu menggeser mejanya karena cukup tinggi.
“Kalau saya sih lebih suka meja dan kursi yang lama, karena menyapunya enggak susah. Kalau sekarang kan menyapunya susah banget, karena harus digeser dulu (kursi dan meja) untuk bersihkan kotoran-kotoran,” ujar Amel.
SDN Kramat Jati 18 Jakarta Timur sebagai penerima mebeleur DKI Jakarta tahun 2018. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Selain itu, dudukan kursi dan sandarannya berbahan plastik tidak nyaman bagi anak-anak. Menurut dia, anak-anak lebih nyaman belajar di kelas menggunakan meja dan kursi kayu ketimbang bahan pelat besi dan plastik. Meja dan kursi bahan kayu yang dahulu justru lebih tahan lama. Bahkan meja dan kursi yang dahulu tahan sampai belasan tahun.
ADVERTISEMENT
Bahkan ukuran meja dan kursi siswa dirasa beberapa guru lain tidak sesuai dengan ukuran anak-anak. Padahal mengacu Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007, guna menunjang proses kegiatan belajar mengajar diperlukan mebel yang kuat, stabil, aman, dan mudah dipindahkan oleh peserta didik.
Kemudian ukuran sesuai dengan kelompok usia peserta didik dan mendukung pembentukan postur tubuh yang baik, desain dudukan dan sandaran membuat peserta didik nyaman belajar.
Meja dan kursi bermasalah tersebut merupakan hasil pengadaan mebel untuk 183 sekolah oleh Pemerintah DKI Jakarta pada tahun anggaran 2018. Pelelangan ini sebenarnya sudah digelar pada 2016 tetapi gagal, kemudian diulang pada 2017 dan kembali gagal.
Baru pada tahun 2018 lelang berhasil diselesaikan dengan pemenang PT. Araputra Fortuna Perkasa (AFP). Menurut informasi yang dihimpun perusahaan itu selalu menjadi peserta dan gagal pada dua tahun-tahun sebelumnya.
Mebel sekolah DKI Jakarta yang baru datang pada bulan Desember 2019. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Lelang mebel itu tercatat dalam dokumen bernomor 964/PT/-077.9 tertanggal 31 Mei 2019 dan tercatat sebagai lelang ulang.
ADVERTISEMENT
Direktur Komisi Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia (KP3I), Tom Pasaribu merasa curiga dengan proses ini. Pasalnya pihak yang membatalkan adalah Badan Pelayanan Pengadaaan Barang/Jasa (BPPBJ) DKI Jakarta. Menurutnya lembaga itu hanya mempermasalahkan beberapa syarat formil tanpa mengecek materiil barang.
“Kenapa batal? Karena tidak memiliki persyaratan yang sudah dikeluarkan. Sehingga ngurus semua itu. Makanya di 2018, terpenuhi itu ISO, SNI baru dia jadi pemenang,” kata Tom.
Deputi Hukum dan Penyelesaian Sanggah Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah (LKPP), Ikak G Patriastomo, mengungkap kejanggalan yang sama. Menurut Ikak, tampak aneh bila hanya satu yang dianggap memenuhi persyaratan padahal ada enam perusahaan yang memberikan mock up (barang contoh).
Sehingga patut dicurigai proses lelangnya hanya formalitas tender. Patut diduga ada kongkalikong vertikal, antara perusahaan pemenang tender dengan panitia lelang dalam hal ini BPPBJ.
ADVERTISEMENT
“Masa memasukkan penawaran kok nggak lengkap, aneh kan. Manakala situasinya seperti itu ya harus diinvestigasi,” ujar dia.
Harga Mebel Lebih Mahal Ketimbang di Pasaran
Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang ditawarkan dalam lelang pengadaan mebel oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 2018 sendiri yakni sebesar Rp 87,33 Miliar. Adapun, jumlah meja dan kursi yang dipenuhi dari lelang itu masing-masing 86.304 buah. Pelaksanaan pengadaan mebel itu dimulai sejak Juli 2018 hingga 20 Desember 2018.
Berdasarkan penelusuran melalui situs lpse.jakarta.go.id, peserta lelang yang melakukan penawaran terdapat sembilan perusahan.
Diantaranya adalah PT Karya Mitra Seraya senilai Rp 69,04 miliar, PT Tjakrindo Mas senilai Rp 70,13 miliar, PT Elite Permai Metal Work senilai Rp 72,76 miliar, PT Taram Jaya senilai Rp 73,57 miliar, PT Angkasa Wastu Pratama senilai Rp 74,04 miliar, PT Araputra Fortuna Perkasa senilai Rp 74,22 miliar, PT Satya Megah Intektama senilai Rp 81, 22 miliar, PT Triputra Furintraco senilai Rp 82,97 miliar dan PT Deka Sari Perkasa senilai Rp 84, 96 miliar.
ADVERTISEMENT
PT AFP, perseroan milik Thamrin Anwar, berhasil mendapatkan proyek pengadaan mebel sekolah DKI Jakarta pada 2018 seharga Rp 74,22 miliar untuk 86.304 buah. Tiap set meja dan kursi senilai Rp 859 ribu.
Mebel sekolah DKI Jakarta yang baru datang pada bulan Desember 2019. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Survei pasar atas harga per satuan set meja dan kursi dengan spesifikasi dan kualitas yang hampir sama dengan yang tertera di dokumen tender menunjukkan harga yang lebih murah. Di sebuah toko meja dan kursi kawasan Manggarai, Jakarta, misalnya, untuk pemesanan 1.500 set harga per set sebesar Rp 800 ribu, apalagi jika pesanan sebanyak 80.000 lebih set pedagang memberi harga diskon lebih murah. Padahal, kualitas yang ditawarkan secara spesifikasi sama.
Kepala BPPBJ DKI Jakarta, Blessmiyanda Amanna tak menyangkal itu jika lelang mebel sekolah oleh Pemprov DKI Jakarta pada 2018 adalah lelang ulang dan PT AFP pernah kalah dalam lelang sebelumnya. Namun ia memastikan penawaran perusahaan itu dianggap paling memenuhi syarat, kualifikasi, dan laik menang.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, produk mebel PT AFP itu tahan untuk 5-10 tahun. Barang-barangnya juga ada garansi 2 tahun, bila ada yang rusak bisa dikembalikan dan akan diganti. Ia juga mengklaim bahwa mebel yang ada unsur bahan plastiknya itu ramah lingkungan dan nyaman bagi anak untuk belajar.
“Ini (produk PT Araputra) kualitasnya luar biasa, paling bagus dari yang lain,” kata Bless kepada tim jurnalis kumparan.com dan Suara.com.
Blessmiyanda pun menegaskan tak ada keistimewaan atau rekayasa pembatalan lelang demi perusahaan tersebut. “Perusahaan itu sudah punya pengalaman dan sebagainya. Ya itulah, kan saya sendiri yang mengkritisi. Saya kan waktu itu di luar BPPBJ (DKI Jakarta),” ujar Bless.
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Syaifulloh Hidayat. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
Kepala Dinas Pendidikan DKI Syaefuloh Hidayat, sempat memberikan kesempatan wawancara perihal kejanggalan pengadaan mebel tersebut di kantornya, Selasa (17/12/2019). Namun ketika ditemui, ia justru mendisposisi ke anak buahnya.
ADVERTISEMENT
Wawancara pun dilayani oleh Kepala Seksi Peralatan dan Perlengkapan Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Anas Rosich. mengakui baru sebulan menjadi kepala seksi, sehingga tidak banyak mengetahui pengadaan mebel sekolah tahun anggaran 2018.
Ia bilang pemilihan bahan plastik sendiri, Dinas Pendidikan DKI Jakarta menyatakan sebagai pilihannya. Bahan plastik dipilih karena murah.
“Kenapa pakai bahan plastik karena pertimbangan harga, dan BPPBJ juga tak merekomendasikan pakai bahan kayu full,” ucap Kepala Seksi Peralatan dan Perlengkapan Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Anas Rosich.
Pabrik Meubeler Milik PT Araputra Fortuna Perkasa di Tangerang. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Direktur & Ultimate Shareholder PT Araputra Fortuna Perkasa (AFP) Thamrin Anwar memastikan akan menindaklanjuti bahwa ada laporan mebel yang rusak. Bahkan perusahaannya sudah memberikan nomor telepon yang bisa dihubungi kepada pihak sekolah.
“Jadi kalau misalnya untuk garansi. Kita memberikan full garansi 2 tahun,” ujar dia.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk bahan baku, ia hanya memenuhi standar yang diinginkan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Bahan plastik yang digunakan adalah tipe High Identity Polythene (HDPE) yang ramah lingkungan.
Soal harga ia pun menegaskan nilai yang diberikan perusahaannya cukup bersaing apabila dilihat dari material yang digunakan.
Namun apapun jawabannya, beberapa kursi yang rusak masih teronggok di sekolah-sekolah. Beberapa tetap harus diganti sesegera mungkin karena cukup membahayakan.
---
Peliputan ini dilakukan oleh Jurnalis kumparan Nurul Nur Azizah dan Suara.com Erick Tanjung.