Kekejaman Bashar Al-Assad saat Jadi Presiden: Rakyat Suriah Dibom hingga Disalib

9 Desember 2024 11:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
Presiden Suriah Bashar al-Assad. Foto: Louai Beshara / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Suriah Bashar al-Assad. Foto: Louai Beshara / AFP
ADVERTISEMENT
Konflik berdarah di Suriah telah berlangsung lebih dari satu dekade. Akarnya berasal dari gelombang protes damai yang menyeruak pada 2011 silam yang dikenal sebagai Arab Spring. Demi menumpas oposisi, Assad menggunakan cara brutal.
ADVERTISEMENT
Suriah awalnya dikenal sebagai negara relatif damai. Tapi, kondisi itu mulai berubah saat demo Arab Spring yang meminta perubahan atas kekuasaan Bashar al-Assad yang telah memimpin sejak 2000 menggantikan ayahnya, Hafez al-Assad.
Namun, harapan akan reformasi berubah menjadi mimpi buruk. Protes damai di dua kota Daraa dan Hama dibalas dengan kekerasan brutal oleh pasukan keamanan.
Penindasan ini memicu perlawanan yang lebih besar, hingga sejumlah anggota militer membelot dan membentuk kelompok oposisi bersenjata.
Para anggota pasukan keamanan pemerintah Suriah yang ditahan berkumpul di luar ruangan di fasilitas penahanan sementara di kota Homs, Suriah tengah, Minggu (8/12/2024). Foto: Aaref Watad/AFP
Sayangnya, oposisi Suriah tidak solid. Mereka terpecah menjadi berbagai faksi—dari kelompok sekuler, Islamis moderat, ekstremis, hingga pejuang Kurdi.
Perpecahan ini memberi ruang bagi Assad untuk memperkuat posisinya dengan dukungan dari sekutu seperti Rusia dan Iran.
Di sisi lain, kekejaman kelompok ekstremis seperti ISIS juga memperparah penderitaan rakyat Suriah. Meski demikian, data menunjukkan sebagian besar korban tewas adalah akibat serangan rezim Assad.
ADVERTISEMENT

Kekejaman Rezim Assad

Pasukan pemerintah Suriah mengibarkan bendera nasional dan gambar Presiden Bashar al-Assad di pangkalan udara Tabqa di utara wilayah Raqa Suriah. Foto: AFP
Rezim Assad menggunakan cara-cara brutal untuk menumpas perlawanan. Pengeboman tanpa pandang bulu, pengepungan kelaparan, hingga serangan senjata kimia menjadi senjata utama mereka.
Bom barel—bom rakitan berisi bahan peledak, paku, dan pecahan logam—dijatuhkan ke wilayah sipil, sementara gas sarin dan klorin digunakan untuk membantai warga tak bersenjata.
Warga sipil ditembak, ditikam, dipenggal, dan bahkan disalib. Mereka tidak diberi makan, minum, dan obat-obatan hingga mengalami kekurangan gizi.
Anak-anak dirobohkan rumahnya, diperkosa, ditembak, disiksa, dan direkrut paksa ke dalam kelompok bersenjata.
Ribuan perempuan dan anak perempuan diculik, diperdagangkan, dan dijual sebagai budak seks. Sekolah dan rumah sakit menjadi sasaran dan dihancurkan secara sistematis.
Presiden Prancis Emmanuel Macron memberikan keterangan persa usai melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di Istana Elysee di Paris, Prancis. Foto: Gonzalo Fuentes/REUTERS
Pada 2023 lalu, Prancis mengambil sikap atas kekejaman rezim Assad. Presiden Emmanuel Macron menegaskan bahwa Prancis tidak akan menormalisasi hubungan dengan Suriah selama Bashar al-Assad masih berkuasa. Hal ini disampaikan dalam pidatonya di Sidang Umum PBB, Macron mengkritik keras kebrutalan Assad terhadap rakyatnya.
ADVERTISEMENT
Prancis juga terus memberikan dukungan kemanusiaan kepada rakyat Suriah melalui berbagai program bantuan, termasuk pengiriman pasokan makanan, obat-obatan, dan perlindungan bagi pengungsi Suriah yang masih berjuang di tengah konflik berkepanjangan.
Sikap ini sejalan dengan upaya Uni Eropa untuk menekan rezim Assad melalui sanksi internasional.
Presiden Suriah, Assad, kunjungi medan perang di Idlib. Foto: Reuters
Tak cuma Prancis, Liga Arab juga memboikot Assad dan menangguhkan keanggotaannya. Assad dinilai bertanggung jawab atas represi terhadap rakyatnya sejak rusuh 2011. Keanggotaan Suriah di Liga Arab baru dipulihkan pada 2023.

Korban Tewas

Organisasi Hak Asasi Manusia Suriah (SNHR) mencatat bahwa dari 2011 hingga 2021, sebanyak 207 ribu warga sipil tewas akibat tindakan rezim Assad. Laporan SNHR membenarkan kekejaman di rezim Assad.
Angka korban jiwa yang dilaporkan mencakup 15.149 anak-anak dan 13.695 wanita. Jumlah tersebut setara dengan 94 persen dari total korban sipil selama konflik.
ADVERTISEMENT
"Mayoritas dari mereka yang tewas (dalam konflik) adalah warga sipil dan sebagian besar dari mereka tewas akibat penembakan rezim yang membabi buta," tutur direktur SNHR Fadel Abdulghani kepada Middle East Eye, Februari 2015.
"Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa bom barel dan rudal scud rezim telah menjadi penyebab utama kematian warga sipil dalam konflik Suriah," tambahnya.
Sebagai perbandingan, ISIS bertanggung jawab atas sekitar 6.500 kematian warga sipil, sedangkan kelompok oposisi lainnya menyebabkan 6.000 hingga 11.000 kematian.
Pemimpin kelompok Islamis Suriah Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Ahmed al-Sharaa, tiba di Masjid Umayyah, Suriah, Minggu (8/12/2024). Foto: ABDULAZIZ KETAZ/AFP
Setelah 24 tahun berkuasa, rezim Assad "resmi" berakhir. Pada Minggu (8/12), komando militer Suriah mengumumkan era pemerintahan Assad telah runtuh menyusul serangan pemberontak yang mengguncang negara tersebut.
Pejuang oposisi Suriah melancarkan serangan hingga berhasil merebut sebagian besar wilayah Suriah. Aliansi pemberontak yang menyerang bernama Pasukan Demokratik Suriah (SDF), yang dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
ADVERTISEMENT
Pejuang militer yang berafiliasi dengan mantan afiliasi Al-Qaeda Hayat Tahrir al-Sham (HTS) melaksanakan Salat Idul Adha 1445 H di stadion terbuka, Kota Idlib, Suriah, Minggu (16/6/2024). Foto: Ted ALJIBE / AFP

Merayakan Kemenangan

ADVERTISEMENT
Pejuang oposisi pun merayakan kemenangan penggulingan Assad. Mereka lega karena akhirnya terlepas dari rezim dinasti Assad yang telah menguasai Suriah dengan tangan besi selama lebih dari lima dekade.
Penyelidik kejahatan perang PBB mendesak mereka yang bertanggung jawab di negara itu untuk memastikan "kekejaman" yang dilakukan di bawah pemerintahan Assad tidak terulang.
Amnesty International menyebut momen ini sebagai "kesempatan bersejarah" untuk mengadili mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran di Suriah.
Kini Assad diduga kuat telah berada di Moskow, Rusia. Ia sempat menghilang di hadapan publik, dan disebut-sebut meninggalkan negaranya usai pemberontak menguasai Suriah.
ADVERTISEMENT
Dilansir Al Jazeera, menurut laporan kantor berita Rusia, Assad telah menerima suaka dari Moskow.
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan Presiden Suriah Bashar al -Assad di Kremlin di Moskow, Rusia. Foto: Sputnik/Vladimir Gerdo/Pool via REUTERS