Kekurangan Gizi Anak Melonjak Seiring Kekeringan Memburuk di Ethiopia

16 Juni 2022 18:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang wanita dan anak asal Ethiopia. Foto: Mohamed Nureldin Abdallah/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang wanita dan anak asal Ethiopia. Foto: Mohamed Nureldin Abdallah/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Organisasi amal Save the Children melaporkan pada Kamis (16/6/2022), kekeringan berkepanjangan telah menyebabkan puluhan ribu anak menderita gizi buruk mematikan di Ethiopia.
ADVERTISEMENT
Save the Children menerangkan, lebih dari satu juta orang membutuhkan makanan mendesak. Mereka datang dari wilayah Oromia, Somalia, Barat Daya, dan Region Southern Nations, Nationalities, and People's (SNNPR).
"Sekitar 185.000 anak sekarang diperkirakan menderita malnutrisi yang paling mematikan," ungkap badan tersebut, dikutip dari AFP, Kamis (16/6/2022).
Empat musim hujan berturut-turut tak kunjung menghapuskan kekeringan di Tanduk Afrika. Musim hujan kelima juga diprediksi akan berlangsung buruk.
Para ahli memperkirakan, peristiwa cuaca ekstrem menjadi lebih umum dan lebih intens terjadi karena perubahan iklim.
Anak-anak di Somalia menderita kekurangan gizi Foto: Reuters
Keadaan itu memicu kekeringan dan krisis kelaparan terparah dalam 40 tahun. Krisis tersebut menghantui Kenya, Somalia, dan Ethiopia.
Lembaga nirlaba itu mencatat, tingkat kekurangan gizi melonjak 64 persen di Somalia pada 2021. Periode itu juga menyaksikan 50.000 kasus malnutrisi akut. Para penderitanya memerlukan perawatan darurat untuk mencegah kematian.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar komunitas nomaden di kawasan itu berada di ambang kelaparan. Sejumlah keluarga melaporkan, banyak anak-anak hanya diberi makan satu kali dalam sehari.
"Anak-anak—terutama anak kecil—menanggung beban krisis yang mengerikan dan beragam di Ethiopia," jelas Direktur Save the Children di Ethiopia, Xavier Joubert.
"Kekeringan yang berkepanjangan, meluas, dan melumpuhkan sedang melemahkan ketahanan mereka yang sudah rapuh akibat konflik yang melelahkan dan dua tahun pandemi COVID-19, " tambahnya.
Kekeringan di Ethiopia. Foto: WORLD FOOD PROGRAMME via Reuters
Rekor kekeringan teranyar telah mempengaruhi sekitar 8,1 juta orang di Ethiopia. Negara terpadat kedua di Afrika tersebut semakin menderita akibat konflik selama 19 bulan di utara.
Save the Children mengatakan, sekitar 30 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan di Ethiopia. Angka itu mencakup seperempat penduduk negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Curah hujan yang tidak mencukupi telah menggerogoti masyarakat di Kenya, Somalia, dan Ethiopia.
Kekeringan telah menghancurkan tanaman, menewaskan ternak, dan memaksa penduduk meninggalkan rumah mereka untuk mencari makanan dan air.
Kondisi mengerikan itu kemudian diperburuk oleh konflik di Ukraina. Masyarakat kini bergulat dengan melonjaknya biaya makanan dan bahan bakar pula.
Kekeringan melanda Ethiopia Foto: Reuters
Bantuan kemanusiaan kesulitan mengulurkan tangan. Sebab, mereka juga kekurangan dana.
Seruan Program Pangan Dunia (WFP) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun hanya mengumpulkan kurang dari empat persen dari uang tunai yang dibutuhkan pada Februari.
Afrika Timur turut mengalami kekeringan yang mengerikan pada 2017. Namun, bantuan kemanusiaan berhasil mencegah kelaparan di Somalia.
Ketika kelaparan melanda negara itu pada 2011, 260.000 orang tewas karena kelaparan atau gangguan terkait kelaparan. Setengah dari angka tersebut hanyalah anak-anak berusia di bawah enam tahun.
ADVERTISEMENT