Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Kelompok Anti-Islam Girang Atas Kebijakan Donald Trump
30 Januari 2017 14:10 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT

Kebijakan imigran Donald Trump yang melarang masuk warga dari tujuh negara mayoritas Muslim ke Amerika Serikat menuai kecaman dari seluruh dunia. Namun ada segelintir kelompok yang memuji kebijakan tersebut.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Associated Press, Senin (30/1), pujian tidak lain datang dari kelompok-kelompok sayap kanan anti-Islam dan imigran di Eropa. Salah satu tokoh utama dari kelompok ini adalah Geert Wilders, politisi sayap kanan Belanda dan ketua Partai Kebebasan, PVV.
"Kerja bagus @POTUS, itu adalah satu-satunya cara untuk tetap aman + bebas. Saya juga akan melakukan hal yang sama. Semoga kau segera memasukkan lebih banyak negara Islam, seperti Arab Saudi," kata Wilders di akun Twitternya.
Wilders tahun 2008 lalu menuai kontroversi setelah menerbitkan film yang menghujat Islam berjudul Fitna. Walau banyak dikecam, namun partai Wilders menuai banyak dukungan jelang pemilu 15 Maret mendatang.
"Tidak ada lagi imigran dari negara Muslim, itu yang kita perlukan. Juga di Belanda. Karena Islam dan kebebasan tidak cocok," lanjut cuitan Wilders lagi.
ADVERTISEMENT
Pujian yang sama juga datang dari kelompok sayap kanan Jerman, Partai Nasional Demokrasi. Dalam pernyataannya, partai ini mengatakan bahwa mereka merayakan "pelarangan masif pengungsi-palsu dan Muslim ke AS."

"Untuk pertama kalinya kami bisa mengatakan dari perspektif nasionalis: Tetaplah maju, USA," tulis pernyataan partai itu di akun Facebook mereka.
Partai anti-imigran Italia, Liga Utara, juga menyampaikan pujian kepada Trump. "Apa yang Trump lakukan di seberang lautan, saya kira juga harus dilakukan di sini," kata Matteo Salvini, ketua partai Liga Utara.
Salvini kemudian berbicara soal ratusan ribu pencari suaka dan imigran yang mencapai Italia melalui Laut Mediterania dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, para imigran itu "tengah melakukan invasi dan harus diblokade."
ADVERTISEMENT
Donald Trump berdalih larangan masuk warga dari tujuh negara mayoritas Muslim, yaitu Suriah, Yaman, Somalia, Libya, Sudan, Iran dan Irak, adalah demi keamanan nasional. Keputusan ini membuat ribuan orang terhambat perjalanannya di bandara-bandara Amerika.

Trump mendapat kritikan dari banyak kepala negara, di antaranya adalah Kanselir Jerman Angela Merkel dan Perdana Menteri Inggris Theresa May. Merkel dalam percakapan telepon dengan Trump Sabtu lalu mengingatkan soal Konvensi Pengungsi Wina yang mewajibkan negara-negara untuk menampung korban perang.
Sementara May menyatakan tidak setuju atas kebijakan Trump dan akan mempermasalahkannya jika ada warga Inggris yang turut terdampak.
Menteri Dalam Negeri Italia Marco Minniti memperingatkan bahayanya "menyamakan imigrasi dan terorisme."
"Mari waspada. Ketidakpuasan dan marjinalisasi menjadi landasan bagi terorisme," kata Minniti dalam pidatonya Minggu lalu.
ADVERTISEMENT