Kelompok Ekstremis Serang Desa di Burkina Faso, Bantai 12 Warga Sipil

13 Februari 2023 4:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana jalan yang di barikade di Ouagadougou oleh sekelompok pemuda yang mendukung peran tentara, Minggu (23/1/2022). Foto: Olympia De Maismont/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Suasana jalan yang di barikade di Ouagadougou oleh sekelompok pemuda yang mendukung peran tentara, Minggu (23/1/2022). Foto: Olympia De Maismont/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setidaknya 12 orang warga sipil tewas dan enam lainnya terluka akibat serangan yang dilakukan oleh kelompok ekstremis di barat laut Burkina Faso. Serangan terjadi di sebuah desa perbatasan dengan Mali.
ADVERTISEMENT
"Beberapa lusin pria dengan sepeda motor menyerang desa Sanakadougou," kata seorang penduduk desa kepada AFP yang meminta namanya disamarkan, dikutip Senin (13/2).
Penyerangan di desa yang berada di Provinsi Kossi itu terjadi pada Kamis dan Jumat pekan lalu.
"Hampir seluruh desa terbakar," kata seorang saksi, menambahkan bahwa penduduk setempat mulai meninggalkan daerah itu sejak serangan terjadi.
“(Penduduk desa) tidak bisa mengambil apa-apa karena penyerang membakar semuanya atau menjarah dan membawa barang-barang langka dan ternak,” tambahnya.
Selain itu ada juga laporan tentang serangan lain oleh kelompok bersenjata di kota tetangga, Yaran, pada Minggu (12/2) pagi.
Serangan mematikan yang dikaitkan dengan jihadis telah berlipat ganda dalam beberapa pekan terakhir di Burkina Faso.
ADVERTISEMENT
Minggu ini, sekitar 40 orang, warga sipil atau tentara, tewas dalam berbagai serangan. Sementara minggu sebelumnya 50 orang tewas dalam beberapa serangan jihadis.
Burkina Faso yang merupakan salah satu negara termiskin di dunia telah diguncang oleh pemberontakan jihadis yang meluas dari negara tetangga Mali pada tahun 2015.
Ribuan telah terbunuh, lebih dari dua juta orang telah meninggalkan rumah mereka dan sekitar 40 persen wilayah negara berada di luar kendali pemerintah.
Kemarahan di kalangan militer atas jumlah korban yang meningkat memicu dua kudeta tahun lalu.
Junta yang berkuasa di Burkina Faso telah meminta pasukan Prancis untuk meninggalkan negara itu pada akhir bulan.
Bekas kekuatan kolonial Prancis memiliki pasukan khusus yang berbasis di ibu kota Ouagadougou, tetapi kehadiran mereka mendapat pengawasan ketat saat sentimen anti-Prancis tumbuh di wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT