Kelompok Oposisi Kuasai Suriah, Presiden Assad Kabur ke Rusia

9 Desember 2024 8:48 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Api menyapu cabang keamanan kriminal Kementerian Dalam Negeri Suriah di Damaskus, Minggu (8/12/2024). Foto: SAM HARIRI/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Api menyapu cabang keamanan kriminal Kementerian Dalam Negeri Suriah di Damaskus, Minggu (8/12/2024). Foto: SAM HARIRI/AFP
ADVERTISEMENT
Setelah 24 tahun berkuasa, rezim Presiden Bashar al-Assad "resmi" berakhir akibat serangan kelompok perlawanan Hayat Tahrir al-Sham HTS dkk.
ADVERTISEMENT
Pada Minggu (8/12), komando militer Suriah mengumumkan era pemerintahan Assad telah runtuh menyusul serangan kelompok oposisi bersenjata yang mengguncang negara tersebut.
"Tiran (pemimpin yang dianggap sewenang-wenang) Bashar al-Assad telah melarikan diri," kata oposisi bersenjata, seperti dikutip dari Guardian.
"Kami nyatakan Damaskus bebas dari Tiran Bashar al-Assad," tambah pernyataan tersebut.
Keberadaan Assad menjadi tanda tanya usai menghilang di hadapan publik selama beberapa hari terakhir.
Juru bicara kepresidenan sempat menyatakan bahwa Assad masih berada di Damaskus dan aktif menjalankan tugas, namun laporan terbaru menunjukkan hal sebaliknya.
Kelompok HTS dkk Kuasai Kota Strategis
Pemimpin kelompok Islamis Suriah Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Ahmed al-Sharaa, berpidato di Masjid Umayyah, Suriah, Minggu (8/12/2024). Foto: ABDULAZIZ KETAZ/AFP
Pasukan oposisi Suriah, yaitu HTS dkk terus membuat langkah signifikan. Mereka mengeklaim telah menguasai gedung radio dan televisi di pusat Damaskus, dan mengaku telah mengendalikan kota utama Homs beberapa jam sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Usai klaim tersebut, suara tembakan hebat terdengar di pusat kota Damaskus. Namun, menurut kesaksian dua penduduk, sumber penembakan masih belum jelas.
Pemberontak juga mengunggah video yang menunjukkan tentara Suriah melepaskan seragam mereka di jalanan ibu kota.
Dalam satu minggu terakhir, pemerintah Suriah kehilangan empat kota penting: Aleppo, Hama, Homs, dan Daraa.
Penjara Sednaya Dibebaskan
Salah satu langkah simbolis oposisi adalah pembebasan tahanan di Penjara Sednaya, fasilitas yang terkenal sebagai “rumah jagal manusia” di bawah rezim Assad.
Penjara ini menjadi tempat ribuan tahanan mengalami penyiksaan dan kekerasan ekstrem sejak dimulainya perang saudara pada 2011.
Pasukan oposisi terdiri dari berbagai faksi, termasuk Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang sebelumnya berafiliasi dengan Al Qaeda, dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, rezim Assad mendapat dukungan dari Rusia, Iran, dan Irak.
Imbas bentrokan, Kemlu RI menetapkan status siaga 1 untuk delapan provinsi di Suriah karena kondisi dinilai mulai membahayakan sekaligus mengancam WNI.
Sementara itu, PBB memprediksi akan ada 1,5 juta warga yang mengungsi. Kini sudah 280 ribu orang terusir sejak akhir November.
Presiden Bashar Al-Assad Kabur ke Rusia
Pemimpin tertinggi Iran, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, kanan, berbicara dengan Presiden Suriah Bashar Assad dalam sebuah pertemuan di Teheran, Iran, Kamis, 30 Mei 2024. Foto: Office of the Iranian Supreme Leader via AP, File
Presiden Bashar al-Assad disebut telah berada di Moskow, Rusia. Ia meninggalkan negaranya usai pemberontak menguasai Suriah.
Dilansir Aljazeera, menurut laporan kantor berita Rusia, Assad telah menerima suaka dari Moskow.
Mengutip sumber di Kremlin, al-Assad dan keluarganya diberikan suaka berdasarkan “pertimbangan kemanusiaan”.
Kementerian Luar Negeri Rusia sebelumnya mengatakan bahwa al-Assad telah meninggalkan Suriah.
ADVERTISEMENT
Presiden Suriah Bashar al-Assad meninggalkan negaranya di tengah krisis besar yang mengguncang ibu kota Damaskus, Minggu (8/12).
Trump: Assad Sudah Pergi, Putin Tak Tertarik Lagi Melindunginya
Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump menyampaikan pidato kemenangan Pemilu AS 2024 di Palm Beach County Convention Center, West Palm Beach, Florida, AS, Rabu (6/11/2024). Foto: Jim Watson/AFP
Presiden Terpilih Amerika Serikat Donald Trump ikut buka suara soal eskalasi konflik Suriah. Ia meyakini, Presiden Suriah Bashar al-Assad telah melarikan diri dari negaranya.
Dalam unggahan di Truth Social pada Minggu (8/12), Trump menyebut Assad sudah kehilangan dukungan sekutu utamanya, Rusia.
“Assad sudah pergi. Pelindungnya, Rusia yang dipimpin Vladimir Putin, tidak lagi tertarik melindunginya,” tulis Trump, seperti diberitakan Guardian.
Dalam seminggu, kelompok oposisi telah menguasai sejumlah kota strategis dengan serangan yang terkoordinasi.
Situasi tersebut membuat Assad dikabarkan meninggalkan Suriah di tengah malam, meski saat ini lokasi keberadaannya belum diketahui.
ADVERTISEMENT
Dalam unggahan sebelumnya di platform X, Trump juga menyebut kelemahan Rusia di Suriah disebabkan oleh fokus mereka di Ukraina.
“Rusia, karena terlalu sibuk di Ukraina, tampaknya tidak mampu menghentikan langkah literal oposisi di Suriah, negara yang mereka lindungi selama bertahun-tahun,” cuit Trump, Sabtu (7/12).
Ia juga mengkritik kebijakan mantan Presiden AS Barack Obama terkait “garis merah” yang gagal ditegakkan di Suriah pada 2013.
Siapa Tahrir al-Sham, Kelompok Islam yang Menggempur Timur Suriah
Pejuang oposisi Suriah melancarkan serangan hingga berhasil merebut sebagian besar wilayah di Kota Aleppo. Aliansi perlawanan yang menyerang kota tua ini bernama Pasukan Demokratik Suriah (SDF), yang dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
Siapa mereka?
ADVERTISEMENT
HTS dibentuk pada 28 Januari 2017, gabungan antara Jaysh al-Ahrar, yang merupakan sebuah faksi Ahrar al-Sham, Jabhat Fateh al-Sham (JFS), Front Ansar al-Din, Jaysh al-Sunna, Liwa al-Haqq, dan Gerakan Nour al-Din al-Zenki.
Proses penyatuan ini diselenggarakan atas inisiatif Abu Jaber Shaykh, seorang komandan Islamis yang pernah menjadi Emir kedua Ahrar al-Sham.
Dengan menyatakan organisasi yang baru lahir ini sebagai "tahap baru dalam kehidupan revolusi yang diberkahi", Abu Jaber mendesak semua faksi oposisi Suriah untuk bersatu di bawah kepemimpinan Islam dan melancarkan "Jihad rakyat" dengan tujuan revolusi Suriah. Ia berkeinginan menggulingkan rezim Ba'ath dan militan Hizbullah dari wilayah Suriah, lalu membentuk pemerintahan Islam.
Usai pengumuman tersebut, beberapa kelompok dan individu kemudian bergabung. Kelompok gabungan ini terutama dipimpin oleh Jabhat Fatah al-Sham dan mantan pemimpin Ahrar al-Sham.
ADVERTISEMENT
Gerakan Nour al-Din al-Zenki memisahkan diri dari Tahrir al-Sham pada bulan Juli 2017, dan Front Ansar al-Din pada tahun 2018.
Pembentukan HTS diikuti serangkaian pembunuhan terhadap para pendukungnya. Sebagai tanggapan, HTS melancarkan tindakan keras yang berhasil terhadap para loyalis Al-Qaeda, yang memperkuat kekuasaannya di Idlib.
Sejak saat itu, HTS telah menjalankan program "Suriahisasi"; yang berfokus pada pembentukan pemerintahan sipil yang stabil yang menyediakan layanan dan terhubung dengan organisasi-organisasi kemanusiaan.
KBRI Damaskus Terkena Peluru Nyasar, Tidak Ada Korban
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Damaskus di Suriah terkena peluru nyasar. Duta Besar RI untuk Suriah Wajid Fauzi membenarkan peristiwa tersebut. Namun ia memastikan peluru itu tidak ditujukan kepada KBRI.
"Betul, mungkin tepatnya adalah peluru yang ditembakkan ke atas lalu jatuh mengenai atap KBRI," kata Wajid saat dikonfirmasi, Minggu (8/12).
ADVERTISEMENT
"Jadi sebetulnya bukan diarahkan ke KBRI," tambahnya.
Wajid juga memastikan tidak ada korban dalam insiden tersebut. Selain itu aktivitas di KBRI juga masih normal.
"Tidak ada personel KBRI yang terluka," ujarnya.

Tetapkan Siaga 1 di Seluruh Suriah

Terkait eskalasi keamanan yang semakin memburuk, KBRI Damaskus telah menetapkan status Siaga 1 untuk seluruh wilayah Suriah. KBRI juga telaah menggelar pertemuan dengan seluruh WNI di Suriah untuk membahas kondisi terkini di negara tersebut.
Langkah kontingensi, termasuk rencana evakuasi jika diperlukan juga disampaikan dalam pertemuan tersebut. Imbauan keamanan kepada WNI juga terus disampaikan secara rutin.
KBRI Damaskus Imbau WNI Segera Tinggalkan Suriah Imbas Eskalasi
Warga merayakan kemenangan di samping pejuang antipemerintah di Lapangan Umayyah di Damaskus, Suriah, Minggu (8/12/2024). Foto: Louai Beshara / AFP
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Damaskus mendesak seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) yang masih berada di Suriah untuk segera meninggalkan negara tersebut.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Imbauan ini menyusul kian buruknya situasi keamanan akibat serangan kelompok oposisi bersenjata yang kini menguasai sebagian besar wilayah, termasuk ibu kota Damaskus.
Dalam keterangan resmi pada Jumat (6/12), KBRI menegaskan agar WNI segera memanfaatkan akses transportasi yang masih tersedia.
“Sehubungan dengan perkembangan situasi keamanan di Suriah yang terus memburuk akibat serangan oposisi bersenjata, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Damaskus mengimbau kepada seluruh Warga Negara Indonesia di Suriah untuk segera meninggalkan wilayah Suriah ketika situasi masih memungkinkan dan sarana transportasi keluar wilayah Suriah masih tersedia.
Apabila memerlukan bantuan mendesak dapat menghubungi Nomor Hotline Kedutaan Besar Republik Indonesia di Damaskus yang tertera pada edaran berikut,” tulis keterangan imbauan lewat akun Instagram @indonesiaindamascus.
ADVERTISEMENT
Kemlu RI juga telah menetapkan status Siaga I untuk delapan provinsi di Suriah karena pemberontakan dinilai telah membahayakan sekaligus mengancam WNI.
Kondisi Bandara Damaskus
Di sisi lain, beredar video di X yang menunjukkan suasana lengang di Bandara Internasional Damaskus. Warga tampak bergegas meninggalkan lokasi tanpa kehadiran petugas bandara.
Di tengah kekacauan tersebut, sebuah pesawat Syrian Air dilaporkan lepas landas dari bandara menuju wilayah pesisir Suriah, basis sekte Alawite yang mendukung Presiden Bashar al-Assad.
Namun, dikutip dari Reuters, pesawat tersebut tiba-tiba berbalik arah dan menghilang dari radar.
Sementara itu, kelompok pemberontak Suriah mengeklaim telah sepenuhnya menguasai Damaskus, Minggu (8/12).
910 Orang Tewas dalam Serangan Pemberontak Suriah
Sebanyak 910 orang dengan rincian 138 warga sipil tewas sejak pasukan oposisi atau pemberontak melancarkan serangan besar-besaran ke Suriah.
ADVERTISEMENT
Dilansir Aljazeerah, menurut laporan pemantau perang atau Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, mereka telah mendokumentasikan bahwa setidaknya 910 orang tewas sejak serangan oposisi pada 27 November.
Korban jiwa termasuk 138 warga sipil, 380 tentara Suriah dan pejuang sekutu, serta 392 pemberontak.