Keluarga dr Aulia Sering Lapor ke Kepala Prodi Sejak 2022, Tak Pernah Digubris

4 September 2024 21:00 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ibunda almarhumah dokter Aulia Risma, Nuzmatun Malinah, adik kandung korban Nadia dan pengacara mereka, Misyal Ahmad usai membuat pelaporan di Polda Jateng. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ibunda almarhumah dokter Aulia Risma, Nuzmatun Malinah, adik kandung korban Nadia dan pengacara mereka, Misyal Ahmad usai membuat pelaporan di Polda Jateng. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
ADVERTISEMENT
Keluarga dr Aulia Risma, dokter peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro di RS Kariadi, ternyata kerap mendatangi Kepala Prodi.
ADVERTISEMENT
Kuasa hukum keluarga dr Aulia, Misyal Ahmad, mengatakan keluarga mendatangi Kepala Prodi untuk mengadukan jam kerja yang dialami dr Aulia. Mereka menilai jam kerja itu tak manusiawi.
Aulia ditemukan bunuh diri di kosannya, diduga karena tak kuat jadi korban bully senior PPDS. Aulia juga pernah mengadu kepada keluarganya soal jam kerja yang melebihi batas, bahkan nyaris 24 jam.
"Korban almarhumah ini dalam menjalankan pendidikannya mendapat waktu pendidikan yang tidak lazim. Setiap hari harus bekerja atau mendapatkan proses pendidikannya dari jam 3 pagi sampai jam setengah 2 malam," kata Misyal di Polda Jateng, Rabu (4/9).
"Keluarga sudah memberi tahu ke kepala prodi tapi tidak mendapat tanggapan yang baik. Dan terjadilah hal yang tidak kami inginkan," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Laporan ke Kepala Prodi, lanjut Misyal, itu sudah berulang kali disampaikan. Tepatnya sejak 2022. Namun, hingga dr Aulia meninggal tak ada tindak lanjut dari Kepala Prodi.
Undip mengucapkan duka cita atas meninggalnya dokter peserta PPDS Prodi Anestesi FK Undip, 15 Agustus 2024. Foto: Dok Undip
"Ya setiap Ananda ini mengeluh, beliau melaporkan. Jadi berkali-kali, beberapa kali sejak 2022, tapi tidak ada perubahan jam belajar, terus tidak ada penanganan yang maksimal dari guru-gurunya sehingga terjadi hal seperti ini," kata Misyal.
Tak hanya beban kerja yang berat, katanya, korban juga kerap diancam, diintimidasi dan diperas oleh senior-seniornya.
"Ada intimidasi ada pengancaman, ada pemerasan yang mana bukti-buktinya sudah kita kasih ke pihak Polda Jateng," ungkapnya.
Untuk itu, hari ini pihak keluarga korban melaporkan beberapa senior korban ke Polda Jawa Tengah. Mereka dilaporkan terkait pemerasan, pengancaman hingga intimidasi terhadap korban.
ADVERTISEMENT
"(Terlapor) dari mahasiswa, seniornya. Iya (lebih dari 1 orang). Terkait pengancaman, intimidasi, pemerasan, ada beberapa. Kita belum berani sebut nama, karena almarhumah sudah meninggal, korban meninggal. Jadi ini diproses oleh kepolisian," ucap Misyal.