Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Sri Utami (30) mengikhlaskan kepergian ibunya Patmi (48) pejuang dari Kendeng, Rembang. Patmi meninggal dunia akibat serangan jantung. Patmi bertutur saat ibunya berangkat ke Jakarta untuk menolak pabrik semen, sama sekali tidak ada paksaan.
ADVERTISEMENT
"Ya memang ibu berangkat tidak ada paksaan, juga sudah berpamitan dengan keluarga, dari keluarga juga sudah mengizinkan. Ibu menyampaikan bahwa pamit untuk berjuang membela anak-cucu, membela tanah air sendiri," kata Utami dalam keterangan kepada wartawan, Selasa (21/3). Utami memberikan keterangan lewat telepon karena sedang berada di Rembang.
Menurut Utami, apa yang terjadi pada ibunya adalah kehendak Tuhan.
"Seumpama ada apa-apa itu sudah menjadi kehendak yang membuat Hidup, kehendak Gusti Allah. Saya ya insyaallah bisa menerima. Mau bagaimana lagi, takdirnya segitu," jelas Utami.
"Ya semoga saja, keluarga yang ditinggal ini diberi ketabahan," tegas Utami.
Sementara itu menurut dr. Herlina, salah satu dokter yang mendampingi selama Aksi, Patmi meninggal kemungkinan besar karena serangan jantung.
ADVERTISEMENT
"Bukan karena aksi cor kaki, karena kondisi saat, sesudah maupun sebelum dilepas cor kaki dalam keadaan baik-baik," tutur Herlina.
Selama proses aksi sejak Kamis 16 Maret hingga 20 Maret, kondisi Patmi dan kawan-kawan pejuang Kendeng dipantau ketat oleh tim medis.
"Dan tidak ditemukan tanda-tanda yang membahayakan nyawa serta tidak adanya keluhan sakit dari almarhumah," tutur Herlina.
Dokter sudah melakukan pemeriksaan pada Patmi pada Senin (20/3), dan semua kondisi baik. Namun kemudian Selasa (21/3) dini hari yang bersangkutan diketahui meninggal dunia.