Keluarga Minta Kasus Tewasnya Taruna STIP Diusut Tuntas: Biar Plong

4 Mei 2024 18:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ayah korban penganiayaan STIP Marunda, Ketut Suastika (kanan). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ayah korban penganiayaan STIP Marunda, Ketut Suastika (kanan). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Ayah Putu Satria Ananta Rustika (19), Ketut Suastika, meminta kasus penganiayaan terhadap anaknya diusut tuntas. Putu Satria tewas diduga setelah dianiaya seniornya di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, pada Jumat (3/5).
ADVERTISEMENT
"Ini bisa diusut tuntas biar terang benderang kasusnya dan pihak keluarga merasa plong, tahu kronologis sebenarnya dan tidak ada beban," kata Suastika kepada wartawan di Bali, Sabtu (4/5).
"Kalau ada unsur penganiayaan segera ditindaklanjuti," sambungnya.
Suastika mengaku terpukul dengan kepergian sang anak. Apalagi, kata dia, sang anak tewas dengan cara yang kurang wajar.
Korban penganiayaan di STIP Marunda. Foto: Dok. Istimewa
"Sangat terpukul. Apalagi kematian anak saya kayaknya kurang wajar, saya harap pihak berwenang bisa membantu. Biar kasus ini jelas terang menderang," kata Suastika sambil menangis.
Lebih lanjut, ia juga berharap agar kasus penganiayaan yang menimpa anaknya tidak terulang kembali.
"Semoga juga ini ada efek jera dan mudah-mudahan sekolah kedinasan tidak lagi kasus korban cukup anak yang terakhir anak saya," tutup dia.
Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Gidion Arif Setyawan meninjau lokasi tewasnya Taruna STIP Marunda Jakarta Utara pada Jumat (3/5/2024). Foto: Mario Sofia Nasution/ANTARA
Kejadian bermula ketika Putu Satria dan 4 teman seangkatannya baru saja selesai melakukan kegiatan jalan santai.
ADVERTISEMENT
Mereka kemudian menuju ke ruang kelas. Di sana, Putu Satria dan kawan-kawan dipanggil oleh para seniornya. Para senior itu mempermasalahkan Putu Satria yang masih mengenakan pakaian olahraga.
Putu Satria dan teman-temannya lalu diminta oleh para senior itu menuju ke salah satu kamar mandi di lantai 2 kampus. Mereka diminta untuk berbaris.
"Kemudian korban dipukul dengan tangan mengepal sebanyak 5 kali ke arah ulu hati, setelah itu korban lemas langsung terkapar," kata Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan.