Keluarga: Selain Setor Duit dr Aulia Harus Angkat Galon, Siapkan Makanan 80 Boks

5 September 2024 15:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
dr. Aulia Risma Lestari. Foto: Dok. Undip
zoom-in-whitePerbesar
dr. Aulia Risma Lestari. Foto: Dok. Undip
ADVERTISEMENT
Almarhumah dokter Aulia Risma mahasiswi PPDS Undip yang meninggal dunia ternyata kerap diminta untuk melayani keperluan seniornya. Mulai dari membelikan makan, mengantarkan makanan, hingga membayar jurnal seniornya.
ADVERTISEMENT
Misyal Ahmad, pengacara keluarga almarhumah dokter Aulia Risma, mengatakan selain jam kerja yang hampir 24 jam, korban juga kerap disuruh-suruh oleh seniornya. Padahal korban menderita sakit syaraf kejepit.
"Bayangkan dengan frekuensi jam kerja begitu dia harus mengangkat galon, menyiapkan ruang operasi, menyiapkan makan untuk seniornya, membagi dan memesan makanan bisa 80 boks. Misal kita kompak memesan nasi padang selesai, tapi yang ini pengin ini, puluhan orang pesan makanan yang berbeda dan itu dilakukan setiap hari. Jadi seperti pegawai restoran," ujar Misyal di Polda Jateng, Kamis (5/9).
Tak hanya tenaga yang diperas, korban juga diminta untuk membiayai pembuatan jurnal yang dilakukan oleh seniornya.
"Beliau juga harus menyetorkan dan mengumpulkan uang untuk membayar orang yang mengerjakan jurnal-jurnal atasan sampai seperti itu. Jadi miris kita melihatnya," ungkap dia.
ADVERTISEMENT
Padahal korban menderita syaraf kejepit dan sudah dioperasi selama dua kali. Syaraf kejepit itu muncul setelah korban mengalami kecelakaan karena kecapekan saat menjalani pendidikan.
"Jadi kecapaian karena jam kerja yang saya bilang tadi. Ibunya enggak mungkin bohong. Setiap pagi ibunya yang membangunkan dia. Setiap hari seperti itu, sampai akhirnya suatu saat dia jatuh masuk ke selokan yang menyebabkan dia saraf kejepit. Dia dioperasi dua kali," ungkap Misyal.
Pihak keluarga dr Aulia Risma didampingi kuasa hukumya saat membuat aduan ke Polda Jateng. Foto: Dok. Istimewa
Mirisnya, pihak keluarga tidak mendapatkan respons yang baik saat melaporkan kondisi korban ke pihak kampus. Pihak kampus membiarkan korban bekerja penuh setiap hari kendati kondisi kesehatannya memburuk.
"Ibunya, bapaknya sudah mengiba, melaporkan sampai ada peristiwa ini," imbuh dia.
Ia berharap ada hukuman yang tegas bagi para pelaku bullying terhadap korban. Kalau bisa, bahkan Misyal meminta para pelaku dihukum mati.
ADVERTISEMENT
"Saya keinginannya kalau bisa dihukum mati semuanya yang membiarkan hal ini. Enggak bagus loh kalau dibiarkan seperti ini. Tidak benar ini pembiaran," tegas Misyal.