Kemacetan saat Long Weekend Bisa Picu Klaster Corona, ini Alasannya

21 Oktober 2020 21:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Polisi mengatur kendaraan dari arah Garut, Tasikmalaya dan Sumedang menuju Kota Bandung terjadi di Cinunuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (23/8). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Polisi mengatur kendaraan dari arah Garut, Tasikmalaya dan Sumedang menuju Kota Bandung terjadi di Cinunuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (23/8). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Long weekend akhir Oktober ini dikhawatirkan dapat menjadi penyebab munculnya klaster baru penularan corona. Tak hanya soal klaster baru, tapi soal kemacetan lalu lintas juga merisaukan.
ADVERTISEMENT
Menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, kemacetan menjadi permasalahan besar saat long weekend tersebut.
Seseorang akan terjebak dalam kemacetan panjang. Akibatnya, mereka akan beristirahat di beberapa titik tempat peristirahatan. Penumpukan orang ini ditakutkan semakin memperparah penularan corona.
"Yang juga bisa menimbulkan problem adalah kemacetan, karena begitu terjadi kemacetan maka hal-hal yang mungkin bisa menyebabkan penularan COVID bisa terjadi. Orang berlama-lama di suatu tempat, oleh karenanya pada tanggal 27, 28 [Oktober] itu adalah hari-hari kritis daripada mereka yang akan berlibur," ujar Budi dalam diskusi BNPB, Rabu (21/10)
Jalur darat, menurut Budi, masih menjadi alternatif terbaik yang akan ditempuh para wisatawan untuk menuju lokasi wisata.
Kemacetan di Puncak saat long weekend, Minggu (16/8). Foto: kumparan
Sejumlah wilayah Sumatera dan Jawa diperkirakan Budi masih akan jadi primadona sejumlah wisatawan lokal untuk menghabiskan masa libur panjang mereka.
ADVERTISEMENT
"Kami akan mengidentifikasi ada beberapa daerah yang kemungkinan terjadi kemacetan, ya itu tentu ke arah timur jalan darat. Yang kedua di kapal arah sumatera, yang ketiga di bandara," ucap Budi.
Pengaturan tanggal bepergian, jadi solusi terkini yang ditawarkan Budi untuk dapat dilakukan oleh para wisatawan. Pengaturan waktu keberangkatan tersebut, kata Budi, akan berdampak pada volume kendaraan di jalanan.
"Nah oleh karenanya sebenarnya kami juga mengimbau para mereka yang rekreasi itu jangan bertumpu pada tanggal 28, jadi lakukanlah mungkin 29 atau 30 kan ini masih lama liburnya panjang dan kalau kita libur bertumpu antusias pada 28 dan terjadi kemacetan tentu itu tidak menguntungkan bagi mereka," ungkap Budi.
"Mereka yang tadinya memproyeksikan perjalanan ini ke Solo 9 jam bisa jadi 12 jam, tapi kalau kita bisa mengatur diri maka mereka bisa melakukannya itu dan hasilnya bisa dicapai tetap 9 jam," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Imbauan itu diharapkan Budi dapat menjadi alternatif baru bagi para wisatawan lokal, tentu dengan tetap menerapkan aturan kesehatan yang telah ditentukan.
"Karena kalau mereka tidak taat nantinya akan timbul suatu penularan yang tidak kita inginkan," kata Budi.