Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Kemenangan Anies Bawa Angin Segar untuk Prabowo di 2019
19 April 2017 20:39 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno berhasil meraih kemenangan di Pilgub DKI Jakarta versi hasil hitung cepat seluruh lembaga survei. Kemenangan Anies-Sandi disebut memberikan dampak positif bagi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019.
ADVERTISEMENT
Peneliti dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, mengatakan kemenangan Anies-Sandi tentunya memberikan amunisi tambahan bagi elektabilitas Prabowo di Pilpres 2019. Sebelum kemenangan ini, elektabilitas Prabowo mengalami stagnansi.
"Tentunya kemenangan ini membawa angin besar khususnya bagi Prabowo yang hendak maju di Pilpres 2019. Apalagi saat ini Prabowo mengalami stagnansi," ujar Arya ketika dihubungi kumparan (kumparan.com), Rabu (19/4).
Menurut dia, kemenangan Jakarta merupakan sebuah pencapaian luar biasa bagi sebuah partai maupun koalisi partai yang bertarung di pentas nasional. Kemenangan di DKI Jakarta sebagai ibu kota Indonesia, kata dia, memberikan keuntungan elektoral yang sangat tinggi bagi partai pengusung maupun Prabowo yang sudah hampir dipastikan maju.
Arya memprediksi pada Pilpres 2019 nanti hanya akan ada dua calon kuat, Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Menurutnya, secara elektabilitas Jokowi masih lebih kuat dibandingkan Prabowo. Untuk setidaknya mengejar ketertinggalan dari Jokowi, Prabowo harus bisa memanfaatkan modal yang diperoleh dari kemenangan Anies-Sandi di pentas Pilgub DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
"Modal ini tentunya harus dimanfaatkan oleh Prabowo untuk mengakhiri stagnansi tersebut," ujarnya.
Kemenangan Anies-Sandi di Pilgub DKI Jakarta, kata Arya, juga akan mengubah konstelasi politik menjelang Pilpres 2019. Menurut dia, ada sejumlah partai yang saat ini menyokong Jokowi yang berpotensi menyeberang untuk mendukung Prabowo.
Ia memprediksi pada tahun keempat pemerintahan Jokowi-JK, Partai Amanat Nasional dan PPP berpotensi memiliki krisis hubungan dengan koalisi Jokowi. Peta politik saat itu pun, kata dia, hampir dipastikan akan berubah.
"Pada tahun keempat kelihatannya akan renggang. PPP dan PAN kelihatannya akan lebih dekat ke Prabowo. Ini tentunya merupakan dampak dari koalisi saat Pilgub DKI saat ini," ujarnya.