Kemenkes: Antibodi COVID-19 Capai 99%, Booster Tetap Penting Tingkatkan Imun

3 Februari 2023 20:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi pers hasil survei serologi nasional di Kementerian Kesehatan RI, Kuningan, Jakarta, Jumat (3/2). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers hasil survei serologi nasional di Kementerian Kesehatan RI, Kuningan, Jakarta, Jumat (3/2). Foto: Thomas Bosco/kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan hasil survei serologi periode Januari 2023. Berdasarkan hasil survei tersebut, 99 persen penduduk Indonesia sudah memiliki antibodi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, pemerintah tetap menganjurkan pentingnya mendapatkan vaksin booster bagi yang belum. Sebab hasil survei serologi menunjukkan vaksinasi booster memberikan kadar antibodi yang jauh lebih tinggi dari yang tidak.
“Kita lihat dari kelompok yang booster itu lebih tinggi. Yang booster dibandingkan yang dua kali (vaksinasi), meningkat sampai 2 kali lipat kadar antibodinya,” ungkap dr Iwan Ariawan, Ahli Epidemiologi FKM UI yang tergabung dalam tim survei serologi Kemenkes dalam konferensi pers di Kementerian Kesehatan RI, Kuningan, Jakarta, Jumat (3/2).
Senada dengan Iwan, Syarifah Liza Munira, Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK )Kemenkes mengatakan antibodi yang dimiliki memang berbeda, tetapi paling tinggi memang terbentuk dari yang menerima booster.
“Mengenai kadar antibodinya itu kan beda-beda. Kadar terbesar itu ada di yang sudah melakukan booster. Semakin lengkap status vaksinasinya, makin tinggi,” ungkap Liza di kesempatan yang sama.
ADVERTISEMENT
Pemerintah baru saja membuka vaksinasi booster kedua untuk masyarakat umum usia 18 tahun ke atas per 24 Januari 2023 lalu. Meski tidak mengatakannya sebagai kewajiban, hasil survei serologi menjadi bukti kalau vaksin booster dapat membantu masyarakat di tengah kondisi virus COVID-19 yang terus bermutasi.
“Jelas kenapa kita perlu vaksinasi sampai dengan booster. Utamanya adalah untuk mencegah tidak terjadi penyakit COVID-19 yang berat atau meninggal. Infeksi bisa tetap terjadi karena dalam kondisi sekarang tidak mungkin melenyapkan COVID-19 ini. Jadi dia akan tetap ada, tetap ada SARS CoV-2-nya, ya,” ujar Iwan.