Kemenkes Beri Warning soal Penggunaan Antibiotik, Tak Melulu Sakit Perlu Minum

28 Maret 2024 5:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Seksi Surveillance, Epidemologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta dr Ngabila Salama, MKM. Foto: Instagram/@ngabilasalama
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Seksi Surveillance, Epidemologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta dr Ngabila Salama, MKM. Foto: Instagram/@ngabilasalama
ADVERTISEMENT
Antibiotik adalah obat untuk membunuh bakteri. Obat ini tidak dapat digunakan untuk infeksi virus (penyebab 80-90 % batuk pilek dan diare) atau pun jamur. Namun ternyata ia bisa menjadi pisau bermata dua.
ADVERTISEMENT
"Sejatinya antibiotik tidak bisa diberikan tanpa resep dokter juga karena jika tidak tepat jenis, dosis, dan kuman penyebab infeksi akan segera muncul resistensi / kekebalan bakteri terhadap antibiotik tersebut," ujar Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan Ngabila Salama dalam keterangannya, Kamis (28/3).
Dampak resistensi, jika orang terkena infeksi pernapasan / pencernaan berulang, membutuhkan jenis antibiotik dengan tingkat lebih tinggi untuk membunuh bakteri, sampai kemungkinan terburuk semua jenis antibiotik sudah resisten (total drug resistence) terjadi.
"Coba bayangkan kalau ini terjadi pada pasien terinfeksi bakteri tuberkulosis? Seperti antibiotik golongan macrolide adalah obat tuberkulosis resisten obat yang sehari-hari saat ini sudah marak digunakan untuk kasus batuk pilek biasa," kata dia.
Selain untuk mengatasi infeksi bakteri, antibiotik juga bisa diberikan untuk mencegah infeksi bakteri (profilaksis). Antibiotik profilaksis hanya boleh diberikan pada kondisi tertentu dengan pemantauan ketat dokter, misalnya luka terbuka yang parah, daya tahan tubuh yang sangat lemah, atau sebelum operasi.
ADVERTISEMENT
Beberapa dokter sangat teliti melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang (baik sederhana / expert) sebelum memberikan antibiotik, untuk menapis kemungkinan besar apa infeksi virus yang dapat sembuh sendiri (self limiting disease) tanpa antibiotik / obat apa pun atau memang infeksi bakteri yang membutuhkan antibiotik.
Beberapa pemeriksaan expert dilakukan seperti swab PCR multiplex & panel virus untuk tahu kuman spesifik penyebab infeksi, bahkan pemeriksaan resistensi antibiotik pada kasus yang sulit sembuh untuk tahu sudah seberapa banyak jenis antibiotik yang resisten.
Ngabila pun memberikan panduan penggunaan antibiotik:
1. Sosialisasi gema cermat kepada masyarakat secara masif secara kontinyu agar masyarakat tidak asal membeli obat tanpa resep dokter dan hanya membeli obat dengan label hijau dan biru di apotek / toko obat yang dapat dipercaya. Gema cermat fokus pada penggunaan obat secara benar dan rasional, cara menggunakan, menyimpan, memusnahkan.
ADVERTISEMENT
2. Pemerintah di sektor-sektor terkait membuat pokja dan regulasi efektif yang mengikat untuk fasilitas kesehatan, apotek, tenaga kesehatan, untuk mengurangi pemakaian antibiotik tidak rasional di kemudian hari
3. Sosialisasi penggunaan obat rasional sejak kecil seperti lagu ini: Ini ibu jari namanya ibu jari, minumlah obat sesuai indikasi