Kemenkes: Deltacron Belum Ada di RI, Masih Dimonitor Ahli Dunia

15 Maret 2022 13:45 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kesehatan mengambil sampel tes Swab PCR COVID -19 untuk guru dan siswa saat pelacakan kluster sekolah di SMA N 1 Bantul, D.I Yogyakarta, Sabtu (5/2/2022). Foto: Andreas Fitri Atmoko/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kesehatan mengambil sampel tes Swab PCR COVID -19 untuk guru dan siswa saat pelacakan kluster sekolah di SMA N 1 Bantul, D.I Yogyakarta, Sabtu (5/2/2022). Foto: Andreas Fitri Atmoko/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini para ahli dunia mengidentifikasi temuan varian COVID-19 Deltacron, gabungan antara Delta dan Omicron, di Eropa dan Amerika.
ADVERTISEMENT
Juru bicara Kemenkes RI dr. Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan saat ini Deltacron belum teridentifikasi di Indonesia.
"Belum ada kalau diinfo, ya," kata Nadia kepada kumparan, Selasa (15/3).
Jubir vaksinasi perwakilan Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi. Foto: Kemkes RI
Nadia menjelaskan varian ini masih dikaji lebih mendalam oleh para peneliti di Eropa. Jadi, sifat dari Deltacron masih belum ada kepastian secara resmi.
"Dan kalau terkait ancamannya belum diketahui secara pasti. Masih dimonitor para ahli dunia," jelas dia.

Diminta Khawatirkan Ancaman Omicron Siluman Lebih Dulu

Pemerintah menetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali kembali diperpanjang hingga 28 Februari 2022 sebagai salah satu langkah antisipatif penanggulangan COVID-19 di tengah merebaknya varian Omicron di Indonesia. Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
Sementara itu, ahli wabah dari UI Pandu Riono meminta pemerintah masyarakat lebih mewaspadai ancaman yang terdekat lebih dulu, yakni adanya sub varian BA.2 atau Omicron Siluman.
"Harus khawatir dengan BA.2," ujar Pandu kepada kumparan saat ditanya terkait potensi ancaman Deltacron di kemudian hari, Selasa (15/3).
ADVERTISEMENT
Pandu khawatir jika penularan Omicron Siluman mendominasi, maka akan berimbas pada kenaikan kasus, seperti yang terjadi di Hong Kong. Selain kenaikan kasus infeksi, kasus kematian di Hong Kong juga melesat salah satunya karena tingkat vaksinasi yang belum mencapai target.
"Omicron ada 3 sub varian BA.1 BA.2 dan BA.3, sekarang masih di dominasi BA.1. Kalau BA.2 mendominasi bisa saja ada kenaikan lagi," kata Pandu.
"Lonjakan di Hong Kong dan negara lain karena BA.2 mendominasi jenis virus yang beredar di masyarakat," lanjutnya.
Warga mengantre di area swab menyusul wabah penyakit coronavirus (COVID-19), di Hong Kong. Foto: REUTERS/Tyrone Siu
Terkait ancaman Omicron Siluman, Menkes Budi Gunadi menyebut sub varian ini memang sudah ada di Indonesia, namun belum berdampak pada kenaikan kasus.
"Subvarian ini sudah ada di Indonesia dan hasil genom sequence kita terakhir dalam 2 bulan lebih kita sudah lakukan 8032 genom sequence di akhir-akhir ini memang porsi BA.2 ini sudah dominan juga di Indonesia," ungkapnya dalam jumpa pers virtual, Senin (14/3).
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah kita tidak melihat dan mudah-mudahan tidak akan melihat adanya kenaikan kembali dari jumlah kasus," lanjutnya