Kemenkes: Hampir 25% Kasus COVID-19 saat Ini Didominasi Varian XBB dan BQ1

16 November 2022 14:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga yang menggunakan masker melintasi mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga yang menggunakan masker melintasi mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
ADVERTISEMENT
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengungkap hampir 25 persen proporsi kasus konfirmasi COVID-19 saat ini yang ada di Indonesia didominasi oleh varian XBB dan BQ1. Ini juga mempengaruhi kenaikan kasus harian dalam beberapa minggu terakhir.
ADVERTISEMENT
"Varian baru ini adalah XBB dan BQ1. Itu variannya dan saat ini sudah hampir 25 persen proporsi kasus konfirmasi itu didominasi oleh varian baru ini. Dan mungkin dalam waktu yang terus akan semuanya seperti halnya dulu BA4, BA5, mendominasi dan menggeser varian sebelumnya," ujar Syahril, dalam konferensi pers, Rabu (16/11).
Untuk mencegah penularan varian virus itu, Syahril menekankan pentingnya untuk melakukan vaksinasi COVID-19 bagi seluruh masyarakat. Pemberian vaksin, menurutnya adalah upaya terbaik untuk memberikan antibodi dalam tubuh seseorang.
Ia meyakini jika seseorang telah divaksin, maka apabila terpapar gejala yang dirasakan akan jauh lebih ringan dari orang yang tidak divaksin.
"Agar apabila kena dengan virus, termasuk varian baru sekalipun, dia akan lebih ringan dari orang yang tidak divaksin. Begitu juga dengan yang dibooster. Kalau dia vaksin saja tanpa dibooster akan lebih kecil antibodinya daripada yang sudah dibooster," ungkap Syahril.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, berdasarkan data kajian yang pihaknya lakukan dalam satu bulan terakhir menunjukkan ada sekitar 10 ribu pasien COVID-19 yang dirawat dengan kriteria sedang, berat, dan kritis. Lima persen di antaranya harus masuk ruang intensive care unit (ICU), sementara 95 persen sisanya berada dalam perawatan di ruang non-ICU.
Merujuk data yang sama, para pasien yang dirawat itu 84 persennya merupakan pasien yang belum melakukan vaksinasi booster. Dari jumlah tersebut, 50 persennya adalah pasien yang belum divaksin sama sekali. Data tersebut, menurut Syahril makin menguatkan penjelasan bahwa peranan vaksin dan booster sangat sentral.
"Pesan dari ini semua, orang yang masuk di rumah sakit, dirawat, itu tinggi loh karena tidak dibooster," beber Syahril.
ADVERTISEMENT
Kemenkes juga melakukan kajian terhadap angka meninggal dunia yang dihubungkan dengan vaksinasi. Dari 1.373 orang yang meninggal dunia akibat COVID-19, 74 persennya belum melakukan booster dan 50 persen dari angka itu belum divaksin.
Merujuk data tersebut, pihaknya berharap masyarakat dapat melakukan vaksinasi, baik dosis pertama, kedua, maupun booster. Dengan begitu, setiap individu dapat terlindungi dari ancaman virus COVID-19.
"Satu lagi, dalam penelitian itu, atau kajian dari Kemenkes mengatakan, hampir 52 persen pasien yang dirawat itu adalah usia lanjut. Jadi, usia lanjut kemudian tidak divaksin atau booster, maka itu mempunyai risiko tinggi sekali," kata dia.