Kemenkes Jawab Target Jokowi 1 Juta Orang Divaksin COVID-19 Sehari, Realistis?

22 Januari 2021 15:55 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo disuntik vaksin corona Sinovac saat vaksiasi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/1).  Foto: Dok. Agus Suparto
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo disuntik vaksin corona Sinovac saat vaksiasi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/1). Foto: Dok. Agus Suparto
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi mengungkapkan keinginannya agar dalam sehari Indonesia bisa memvaksin COVID-19 sebanyak 1 juta orang. Keinginan ini sejalan dengan targetnya yang ingin vaksinasi corona selesai dalam waktu kurang dari setahun.
ADVERTISEMENT
"Katakanlah ini hitung-hitungan ada 30.000 vaksinator, satu hari bisa mengerjakan 30 orang yang divaksin. Sehari artinya hampir 1 juta. Ini angka yang besar sekali. Ini kekuatan kita ada di sini, " kata Jokowi saat memberikan sambutan dalam acara Kompas100 CEO secara virtual dari Istana Negara, Kamis (21/1).

Namun, apakah target Jokowi ini realistis dan bisa terwujud?

Juru bicara vaksinasi dari Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi, mengungkapkan perlu dilihat lagi jumlah vaksinator dan kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan di lapangan.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi. Foto: Kemkes RI
"Kalau saat ini kemampuan yang kita miliki, puskesmas dengan kondisi vaksinator yang ada bisa berikan pelayanan 50 sasaran tiap hari. Dan rumah sakit baru bisa sampai saat ini memberikan vaksinasi sampai 200 orang per hari," jelas Nadia dalam Live Corona Update bersama kumparan, Jumat (22/1).
ADVERTISEMENT
Sementara untuk merealisasikan target Jokowi, diperlukan beberapa hal yang harus dilakukan. Yakni menambah jumlah vaksinator dan fasyankesnya.
"Menambah jumlah vaksinator di puskesmas, karena belum semua tenaga yang kompeten untuk memberikan penyuntikan ini dilatih sebagai vaksinator. Sehingga, harus ditambah tenaganya, baik di puskesmas maupun RS," ucap Nadia.
"Kedua, menambah fasyankes. Karena kita mendata saat ini fasyankes yang bisa memberikan vaksinasi baru sekitar 13 ribu. Padahal kita masih memiliki kurang lebih 11 ribu fasyankes lainnya, baik RS swasta terutama atau klinik," lanjut dia.
Presiden Joko Widodo disuntik dosis pertama vaksin corona Sinovac oleh vaksinator Wakil Ketua Dokter Kepresidenan Prof Abdul Mutalib (kanan) di beranda Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (13/1). Foto: Agus Suparto/Istana Presiden/Handout via REUTERS
Maka dari itu, Kemenkes berupaya akan memanfaatkan klinik-klinik sebagai lokasi vaksinasi. Seperti klinik bersalin, Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA), hingga klinik pratama.
"Yang terakhir, membuka posko vaksin, membuka pos-pos vaksin. Jadi kita bisa vaksinasi pada pos-pos, [seperti] pada saat kampanye untuk MR, kita buka pos-pos vaksinasi," tutup Nadia.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Jokowi mengungkapkan Indonesia memiliki keunggulan dari segi fasilitas kesehatan untuk melakukan penyuntikan vaksin corona. Yakni telah memiliki 30 ribu vaksinator, 10 ribu puskesmas, dan 3 ribu rumah sakit akan digerakkan untuk melaksanakan vaksinasi.
Jokowi menilai, kelebihan Indonesia ini tak dimiliki oleh negara lain. Sehingga, semestinya Indonesia bisa lebih cepat merampungkan program vaksinasi corona.
"Negara lain tidak punya puskesmas, enggak punya, kita memiliki yang setiap tahun juga melakukan imunisasi, vaksinasi terhadap anak-anak kita. Oleh sebab itu, terus kita dorong juga kesiapan vaksinnya jangan sampai terlambat," jelas Jokowi.