Kemenkes: Kasus Varian Corona Eek di Jakarta Barat Mutasi Lokal

7 April 2021 11:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jubir vaksinasi perwakilan Kemenkes, dr. Siti Nadia. Foto: Satgas COVID-19
zoom-in-whitePerbesar
Jubir vaksinasi perwakilan Kemenkes, dr. Siti Nadia. Foto: Satgas COVID-19
ADVERTISEMENT
Juru bicara Kemenkes Siti Nadia Tarmidzi mengungkap asal muasal munculnya varian corona E484K di Jakarta Barat. Varian ini dikhawatirkan lebih cepat menular dan menurunkan efikasi vaksin.
ADVERTISEMENT
"Dari sampel salah satu rumah sakit di Jakarta," kata Nadia melalui pesan singkat, Rabu (7/4).
Kata Nadia, kasus ini tidak memiliki riwayat bepergian ke luar negeri. Ia terdeteksi mengidap varian Eek pada whole genome sequencing oleh Eijkman sejak Februari hingga akhir Maret 2021.
"Kasus ini mutasi lokal," ungkap dia.
Kemenkes memastikan kasus pertama di Indonesia ini sudah sehat. Tidak ada penularan juga ke kontak eratnya.
"Pasien sudah sehat dan tidak ada penularan dengan kontak eratnya. Mutasi virus ini tidak membahayakan tetapi kita harus waspada kalau terjadi multiple mutasi yang salah satunya E484K," tuturnya.
Ilustrasi virus corona. Foto: kumparan
Penjelasan Ahli Biomolekuler
Mengutip Julian Tang, Clinical Virologist dari University of Leicester, Inggris, ahli biomolekuler Riza Putranto menjelaskan, mutasi E484K bukanlah varian baru yang berdiri sendiri. Mutasi ini terjadi pada berbagai belahan dunia dan telah ditemukan di berbagai varian termasuk Variant of Concern (VOC). ⁣
ADVERTISEMENT
"Bedakan antara mutasi dan varian agar tidak bingung. Dahulu di awal pandemi kita memudahkan diri dengan menyebut sebuah mutasi bernama D614G sebagai varian. Namun sekarang ini dengan berkembangnya banyak varian SARS-CoV-2, kita harus membedakan penyebutan tersebut," kata Riza dalam akun Instagramnya.
⁣Ia menjelaskan, mutasi S E484K adalah perubahan asam amino urutan ke-484 dari E menjadi K pada protein Spike dari SARS-CoV-2.⁣
⁣"Mutasinya terletak di Receptor Binding Domain (RBD), bagian penting protein Spike dan beberapa penelitian membuktikan secara laboratorium mutasi ini menyebabkan penurunan efikasi antibodi," jelasnya.