Kemenkes Minta Lab Curigai Kasus CT Value Sangat Rendah, Bisa Jadi Omicron

28 Desember 2021 13:11 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kesehatan bersiap melakukan tes swab kepada warga di pos screening Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Selasa (28/12/2021). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kesehatan bersiap melakukan tes swab kepada warga di pos screening Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Selasa (28/12/2021). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi, mengungkapkan tidak akan semua kasus positif COVID-19 akan dilakukan pemeriksaan S gene target failure (SGTF) untuk mendeteksi apakah seseorang terinfeksi varian Omicron.
ADVERTISEMENT
Nadia menjelaskan, tidak semua kasus positif corona ini diperiksa metode SGTF mengingat alatnya yang masih terbatas. Meski begitu, ia menyebut ada beberapa indikator yang diharuskan dilakukan pemeriksaan SGTF.
"SGTF ini kan pemeriksaannya juga terbatas ya, jadi nanti tentunya ada hal-hal yang terkait dengan kecurigaan. Misalnya tadi CT valuenya sangat rendah atau kemudian kalau kita melihat CT valuenya tinggi tapi gejala klinisnya tidak ada," tutur Nadia dalam konferensi pers virtualnya, Selasa (28/12).
Nadia memastikan pada kasus-kasus yang diduga (probable) positif varian Omicron akan tetap dilakukan pemeriksaan genome sequencing sesuai aturan yang berlaku.
"Nanti tetap sesuai dengan aturan untuk pemeriksaan genome sequencing pada kasus-kasus yang dicurigai itu bisa dilakukan pemeriksaan SGTF. Kalau kemudian memang fasilitasnya ada atau bisa langsung pemeriksaan PCR dan kemudian dilakukan pemeriksaan genome sequencing sebagai lanjutannya," jelas Nadia.
ADVERTISEMENT
Untuk saat ini, ia menjelaskan, temuan kasus positif corona pada pelaku-pelaku perjalanan semuanya akan langsung diarahkan pada pemeriksaan whole genome sequencing atau SGTF.
Petugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri (APD) mengambil sampel swab untuk tes penyakit virus corona (COVID-19) di Jakarta. Foto: REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
"Tapi untuk transmisi lokal masih berbasiskan kasus-kasus yang dicurigai dan juga tadi berdasarkan sampling 5-10 persen dari spesimen yang ada di Puskesmas maupun di rumah sakit," ujar dia.
Di sisi lain, Nadia mengingatkan kepada siapa pun yang melakukan pemeriksaan PCR maupun swab antigen, baik untuk perjalanan atau kontak erat, dan menunjukkan hasil positif agar segera melakukan isolasi mandiri.
"Atau yang paling penting adalah melaporkan kepada Puskesmas terdekat atau bisa melakukan isolasi di rumah. Ini menjadi penting selanjutnya untuk kita bisa segera membatasi penularan omicron ini lebih lanjut," tutup dia.
ADVERTISEMENT
Kemenkes sebelumnya mengumumkan kasus pertama Omicron dengan transmisi lokal. Kasus ini merupakan seorang pria warga Medan yang sebulan sekali mengunjungi Jakarta. Pria tersebut juga tidak memiliki riwayat bepergian ke luar negeri dalam beberapa bulan terakhir.
Per Selasa (28/12) pagi, total sudah ada 47 kasus COVID-19 varian Omicron di Indonesia, dengan satu di antaranya adalah kasus transmisi lokal.