Kemenkes: Pasien COVID Dirawat di RS Masih 26,3%, Kebutuhan Obat Mencukupi

10 Februari 2022 10:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orang-orang beristirahat di tempat tidur kamp di dalam bangsal darurat utuk pasien corona di sebuah rumah sakit pemerintah di Jakarta, Selasa (30/6). Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Orang-orang beristirahat di tempat tidur kamp di dalam bangsal darurat utuk pasien corona di sebuah rumah sakit pemerintah di Jakarta, Selasa (30/6). Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
ADVERTISEMENT
Jumlah pasien corona yang dirawat di rumah sakit secara nasional hingga Rabu (9/2) pukul 16.30 mencapai 26,3 persen. Ketimbang penambahan kasus harian COVID-19 sebanyak 46.843, keterisian rumah sakit dinilai masih terkendali.
ADVERTISEMENT
Juru bicara Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, meski jumlah pasien yang dirawat di RS terkendali, pihaknya terus memperkuat fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini dilakukan dalam menghadapi potensi lonjakan kasus COVID-19 dalam 2-3 minggu ke depan.
Menurutnya, fasilitas layanan kesehatan menjadi krusial di masa-masa lonjakan kasus. Sehingga, diharapkan bisa meminimalisir risiko terberat oleh pasien corona, terutama gejala sedang, berat, kritis, termasuk pasien komorbid yang belum divaksin.
“Saat ini kesiapan layanan kesehatan nasional masih terkendali jika dibandingkan dengan kasus konfirmasi harian. Ini membuktikan sejauh ini strategi kita masih bisa berjalan efektif dan efisien dalam penanganan pasien," ucap Nadia dalam keterangannya, Kamis (10/2).
"Kami terus mengimbau agar masyarakat yang dirawat di rumah sakit hanya untuk pasien bergejala sedang hingga berat atau kritis, maupun yang memiliki komorbid dan belum divaksinasi,” lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Beberapa layanan kesehatan yang terus diperkuat Kemenkes mulai dri peningkatan testing dan tracing, penyiapan penginapan bagi tenaga medis yang bekerja sama dengan Kemenparekraf, hingga kebutuhan obat-obatan.
“Tenaga kesehatan kita perlu mendapatkan perlindungan dari terinfeksi COVID-19. Kita harus menata alur mobilisasi yang terpusat bagi tenaga kesehatan kita agar meminimalisir risiko terinfeksi dan sakit, serta melindungi keluarga mereka dari paparan yang tinggi dari virus,” ungkapnya.
Seorang petugas kesehatan menggendong bayi yang lahir dari ibu yang terjangkit penyakit virus corona di ruang gawat darurat pasien corona di sebuah rumah sakit pemerintah di Jakarta, Selasa (30/6). Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Menurutnya, perlindungan bagi nakes menjadi penting untuk terus mengoptimalkan pelayanan kesehatan. Serta, menjamin keamanan dan kesehatan nakes yang masih berisiko tinggi terpapar COVID-19.
“Kebutuhan obat di 34 Provinsi sudah mencukupi, Favipiravir, Remdesivir, Tocilizumab 400mg/20ml, multivitamin, IVIg 5%/50ml total 4.958.599, sedangkan stoknya mencapai 23.663.526. Sementara ketersediaan oksigen di 20 Kabupaten/Kota besar di Jawa-Bali mencukupi rata-rata kebutuhan hingga lebih dari 48 jam,” jelas Nadia.
ADVERTISEMENT
Mengingat risiko penularan corona masih tinggi, Nadia meminta masyarakat untuk segera melengkapi vaksinasi corona dua dosis. Kemudian bagi masyarakat yang terinfeksi corona dengan gejala ringan atau bahkan tanpa gejala, diingatkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah.
Namun, apabila tidak memungkinkan isoman, isolasi terpusat bisa dilakukan di tempat-tempat yang sudah disediakan pemerintah.
“Masyarakat terus kami imbau untuk memperketat protokol kesehatan dan segera melengkapi vaksinasi untuk memperkecil peluang dirawat dengan gejala berat hingga kritis akibat terinfeksi COVID-19. Vaksinasi sudah terbukti efektif memperkecil risiko kesakitan dan kematian akibat COVID-19, karena data yang kami peroleh, sebagian besar pasien berat dan kematian disebabkan pasien belum memperoleh vaksinasi lengkap,” tutup dia.