Kemenkes Siapkan Molnupiravir dan Paxlovid untuk Pasien Omicron Bergejala Ringan

8 Januari 2022 19:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Molnupiravir. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Molnupiravir. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Kemenkes melaporkan 99 persen dari 318 kasus COVID-19 Omicron di Indonesia yang telah terdeteksi tidak mengalami gejala apa pun, atau hanya bergejala ringan. Dari hasil pemantauan, sebagian besar pasien corona Omicron yang bergejala hanya mengalami batuk dan pilek.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, ditemukan sebanyak 4,3 persen kasus memiliki komorbid atau penyakit bawaan seperti diabetes melitus dan hipertensi. Ada juga 1 persen kasus yang membutuhkan terapi oksigen.
Maka dari itu, juru bicara Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, pihaknya akan merekomendasikan perawatan berupa perubahan tatalaksana pada pasien asimtomatik dan gejala ringan. Contohnya, penambahan obat Molnupiravir dan Paxlovid untuk gejala ringan.
“Selain itu, perlu penyiapan isolasi terpusat di DKI Jakarta dan aktivasi program telemedicine untuk isolasi mandiri di DKI Jakarta. Pasien dengan komorbid dengan tingkat keparahan apa pun dirawat di rumah sakit,” kata Nadia dalam keterangannya, Sabtu (8/1).
Molnupiravir adalah obat buatan perusahaan farmasi Merck yang diklaim bisa untuk penanganan pasien COVID-19. Indonesia pun sudah memesan hingga 1 juta pil Molnupiravir, yang diharapkan bisa mengurangi risiko rawat inap hingga kematian.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Paxlovid merupakan obat yang dibuat oleh perusahan Pfizer asal Amerika Serikat, yang diklaim bisa mengurangi kasus rawat inap dan kematian pada orang berisiko tinggi, terutama dengan kondisi parah akibat usia maupun riwayat penyakit.
Orang-orang beristirahat di tempat tidur di sepanjang koridor ruang gawat darurat pasien corona di sebuah rumah sakit pemerintah di Jakarta, Selasa (30/6). Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Kemenkes juga merekomendasikan asesmen kebutuhan konsentrator oksigen atau isotank di daerah dengan peningkatan kasus perawatan pasien corona, seperti Jakarta, Jawa Barat, dan Sulawesi Utara.
Nadia memastikan Kemenkes akan mendorong semua daerah untuk memperkuat kegiatan 3T (Testing, Tracing, Treatment). Daerah juga diminta aktif melakukan pemantauan apabila ditemukan klaster-klaster baru COVID-19, dan segera melaporkan dan berkoordinasi dengan pusat apabila ditemukan kasus konfirmasi Omicron di wilayahnya.
Lebih lanjut, Kemenkes meminta seluruh masyarakat meningkatkan kewaspadaan agar terhindar dari potensi penularan Omicron.
ADVERTISEMENT
"Protokol kesehatan 5M dan vaksinasi harus berjalan beriringan sebagai kunci untuk melindungi diri dan orang sekitar dari penularan Omicron," ujar dia.
Sejak ditemukan pertama kali pada 24 November 2021 di Afrika Selatan, kini Omicron telah terdeteksi di lebih dari 110 negara dan diperkirakan akan terus meluas.
Di level nasional, pergerakan Omicron juga terus meningkat sejak pertama kali dikonfirmasi pada 16 Desember 2021. Hingga Sabtu (8/1) ini, Kemenkes telah mendeteksi 318 kasus Omicron, atau bertambah 57 kasus dari laporan terakhir.