Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Achmad Yurianto, menyebut virus SARS dan MERS --yang masih satu keluarga dengan novel coronavirus atau 2019-nCoV -- memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dari corona.
“Dilihat dari perkembangan di Wuhan, maka kita lihat angka (kematian) yang dimunculkan dari Corona dibanding corona lain yang kita kenal, kita tahu corona SARS hampir 60 persen. MERS corona virus hampir 40 persen. Corona virus ini kurang dari 4 persen,” kata Achmad saat konferensi pers di Gedung Pancasila, Kemlu RI, Jakarta Pusat, Senin (27/1).
“Bahkan beberapa kasus yang confirm positif di China, ada yang sembuh total. Oleh karena itu, kalau kita lihat dengan situasi saat ini, sebetulnya kesiapan kita sangat siap untuk terkait dengan ini, karena kita lihat angka kematian tidak terlalu tinggi,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Achmad menjelaskan, virus corona yang banyak menimbulkan korban jiwa kebanyakan terjadi pada orang-orang yang memang menderita penyakit kronis. Mulai dari jantung, ginjal, hingga paru-paru.
“Beberapa kasus kematian yang dilaporkan itu ternyata sebagian besar ada faktor yang mendasari, sehingga imunitas menjadi tidak maksimal, di antaranya adalah penyakit kronis. Kita lihat kasus yang meninggal, kita teliti banyak karena sebelumnya mengalami kegagalan ginjal kronis. Kemudian ada penyakit jantung kronis. Beberapa bronkitis,” ungkap dia.
“Ini menyebabkan modal imun mereka rendah. Dengan infeksi akan menuju penyakit lebih ganas buruk dan menyebabkan kematian. Pada kondisi yang memang daya tahan tubuh bagus, tanpa ada penyakit, ini dilaporkan banyak yang sembuh total,” imbuh Achmad.
Hingga kini, ia memastikan belum ada penyebaran virus corona sampai ke Indonesia, dan penyebaran masih terbesar berada di China.
ADVERTISEMENT
“Kita siap karena kapasitas yang dulu kita siapkan untuk antisipasi SARS dan flu burung yang memiliki tingkat kematian jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang ini,” tutup Achmad.