Kemenkes: Varian Omicron Siluman Masih Bisa Dikendalikan

21 Maret 2022 10:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jubir vaksinasi perwakilan Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi.  Foto: Kemkes RI
zoom-in-whitePerbesar
Jubir vaksinasi perwakilan Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi. Foto: Kemkes RI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kemenkes mencatat penurunan kasus COVID-19 dalam beberapa minggu terakhir. Kasus harian sudah konsisten di bawah 10 ribu orang.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa langkah Kemenkes selanjutnya?
“Meski kita tengah dalam tren penurunan kasus dan indikator penanganan COVID-19 yang semakin membaik, perlu bagi kita untuk mempertahankan tren ini secara konsisten agar pandemi segera kita lalui. Kami imbau masyarakat untuk segera vaksinasi, baik vaksinasi primer maupun booster, untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus seperti yang saat ini terjadi di beberapa negara lain, seperti Jerman, Perancis, Inggris, Kanada,” kata dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid., Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes.
Apalagi, lonjakan kasus di beberapa negara di Eropa itu disebabkan oleh distribusi sub-varian Omicron BA.2 atau Omicron Siluman yang kini menjadi varian mayoritas di beberapa negara.
"Kendati sub-varian Omicron BA.2 sudah terdeteksi di Indonesia, lonjakan kasus di Indonesia karena sub-varian Omicron tersebut masih bisa dikendalikan hingga hari ini," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Varian BA.2 atau disebut dengan 'siluman Omicron' ini masih sulit untuk dideteksi daripada BA.1.
Hal ini disebabkan karena Omicron asli kehilangan satu dari tiga target gen yang digunakan dalam tes PCR. Meski begitu, alat tes COVID-19 saat ini masih bisa mendeteksi Omicron akan tetapi belum bisa membedakan antara BA.1 atau BA.2
Terkait dengan survei serologi yang sebelumnya diumumkan, dr. Nadia mengingatkan masyarakat bahwa meskipun angka antibodi terhadap SARS-CoV-2 bagi responden cukup tinggi, namun bukan berarti masyarakat terbebas dari infeksi COVID-19.
Antibodi yang tinggi berarti mampu mengurangi dampak gejala berat dan risiko kematian akibat terinfeksi COVID-19.
“Masyarakat harus sungguh-sungguh menyadari bahwa meskipun antibodi yang diproduksi tinggi setelah mendapatkan vaksinasi lengkap ditambah booster, kemungkinan untuk terinfeksi COVID-19 masih ada. Hanya saja risiko bergejala berat dan kematian akibat COVID-19 berkurang. Terutama bagi golongan lanjut usia dan yang memiliki komorbid sangat perlu mendapat perlindungan dari vaksinasi lengkap dan booster,” kata dr. Nadia
ADVERTISEMENT